Jakarta, CoreNews.id — AstraZeneca dalam dokumen pengadilan mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping langka yang dikenal sebagai Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia (TTS). Dilansir dari The Economic Times, Sabtu (4/5/2024), TTS mengacu pada penggumpalan di pembuluh darah, dan terjadi dalam kasus yang sangat jarang terjadi, setelah penggunaan jenis vaksin tertentu, menurut pakar medis Dr Rajeev Jayadevan yang dikutip ANI.
Orang yang mengalami TTS merasakan gejala. Selai mudah memar atau bercak darah kecil di bawah kulit di luar tempat suntikan, gejalanya mungkin termasuk sakit kepala yang parah atau terus-menerus, penglihatan kabur, sesak napas, nyeri dada, kaki bengkak, dan sakit perut yang terus-menerus.
Dalam siaran persnya pada bulan November 2021, AstraZeneca melaporkan bahwa dua miliar dosis vaksinnya telah dipasok ke negara-negara di seluruh dunia kurang dari 12 bulan setelah persetujuan pertama. Raksasa farmasi ini juga memperoleh keuntungan dari vaksin Covid-19 untuk pertama kalinya pada tahun 2022 dan melaporkan bahwa mereka telah mengirimkan sekitar 102 juta dosis vaksinnya melalui COVAX pada Q4 2022.
Menurut The Telegraph, dilansir Pharmaceutical Technology, dosis pertama vaksin yang pertamakalinya diluncurkan pada 4 Januari 2021 di UK ini, memiliki kasus pertama yang diajukan pada 2023. Pada saat itu seorang pasien melaporkan bahwa vaksinasi menyebabkan dia mengalami cedera otak permanen yang disebabkan oleh bekuan darah dan pendarahan di otak.*