CoreNews.id, Jakarta – Nabi Idris AS adalah nabi ke-dua dari 25 nabi yang harus diketahui umat Islam. Nabi Idris AS merupakan putra Nabi Adam AS.
Nama Nabi Idris AS termaktub dalam Al-Qur’an dan sekaligus mendapatkan pujian dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 56-57
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا
وَرَفَعْنَٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا
Artinya: Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad, menjelaskan bahwa ayat tersebut berisi pujian Allah SWT kepada Nabi Idris dan menyebutnya sebagai nabi dan orang yang sangat menyukai kebenaran.
Nabi Idris adalah anak Adam yang pertama kali diberi risalah kenabian setelah Nabi Adam dan Syits . Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa Idris adalah orang pertama yang menulis dengan pena.
Nabi Idris AS sempat hidup bersama ayahnya, Nabi Adam AS selama 380 tahun.
Sebagian orang mengatakan bahwa Idris adalah nabi yang dimaksud di dalam hadis Mu’awiyah bin al-Hakam as Sulami saat Rasulullah SAW ditanya tentang penulisan dengan kerikil. Ketika itu beliau menjawab, “Idris adalah nabi yang menulis dengannya. Siapa yang mengikuti jejak tulisannya maka demikian itulah tulisannya.” (HR. Ahmad).
Banyak di antara ulama ahli tafsir dan ahli hukum yang menganggap bahwa Idris adalah orang pertama yang membicarakan tentang tafsir dan hukum.
Kaum Nabi Idris AS memberi gelar kepada beliau dengan gelar “Harmas al-Haramisah (Singa dari Segala Singa)”. Akan tetapi, kaumnya juga mendustakan beliau dalam berbagai hal sebagaimana pula mereka telah mendustakan para nabi, ulama, ahli ilmu, dan para wali.
Al-Qur’an surat Maryam ayat 57 menyebutkan bahwa Nabi Idris AS diangkat ke martabat yang tinggi. Ketinggian martabat Nabi Idris AS ini telah ditegaskan di dalam kitab Ash Shalihin (sahih Bukhari dan Muslim) tentang hadis Isra’ Mi’raj bahwa Rasulullah SAW pernah bertemu dengan Nabi Idris yang berada di langit keempat.
Sementara itu, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yunus, dari Abdul Ala, dari Ibnu Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari al-A’masy, dari Syamiri bin Athiyah, dari Hilal bin Yusuf, ia berkata, “Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Kaab yang saat itu aku bersama mereka. Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab: ‘Apa makna firman Allah kepada Idris: Dan kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi?”
Ka’ab menjawab: “Allah telah memberi wahyu kepada Idris (dengan firman-Nya): ‘Sesungguhnya, Aku telah mengangkatmu setiap hari seperti amal seluruh anak-anak keturunan Adam -mungkin yang sezaman dengannya- dan Aku menyukai untuk menambah amalmu itu.’
Selanjutnya, seorang temannya dari kalangan malaikat menemui beliau (Nabi Idris) seraya berkata: ‘Sesungguhnya, Allah SWT telah mewahyukan kepadaku begini dan begini.’ Beliau lalu berbicara kepada malaikat maut sehingga amal beliau semakin bertambah banyak. Setelah itu, malaikat membawa beliau di antara kedua sayapnya. Selanjutnya, malaikat naik bersama beliau ke langit. Setelah sampai di langit keempat, malaikat itu disambut oleh malaikat maut.
Selanjutnya, malaikat itu memberitahukan kepada malaikat maut yang telah ia bicarakan dengan Idris. Malaikat maut bertanya: ʻManakah Idris? Malaikat itu menjawab: ‘Ada di belakang punggungku.’ Malaikat maut berkata: ‘Sungguh sangat menakjubkan. Aku diutus (menemui Idris untuk mencabut nyawanya) lalu difirmankan kepadaku: ‘Cabutlah nyawa Idris di langit keempat. Aku menjawab: ‘Bagaimana mungkin aku mencabut nyawanya sementara aku berada di langit keempat dan Idris berada di bumi’? Setelah itu, malaikat maut mencabut nyawa Idris di sana (langit keempat)” Demikianlah, sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah: Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi. ” (QS. Maryam: 57).
Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan hadist seperti ini ketika ia menafsirkan ayat tersebut. Di dalamnya disebutkan bahwa Idris berkata kepada malaikat (yang akan membawanya) itu, “Tanyakan kepada malaikat maut, berapa lagi sisa umurku?” Malaikat itu pun bertanya kepada malaikat maut yang sudah ada bersamanya, “Berapa lagi sisa umurnya?” Malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu sebelum aku melihatnya dulu.” Malaikat maut lalu melihat (catatan umur) nya kemudian ia berkata, “Engkau barusan menanyakan kepadaku tentang sisa umur seseorang. Sesungguhnya, umurnya yang tersisa tidak lebih dari sekejap mata lagi.”
Selanjutnya, malaikat itu melihat ke bawah sayapnya, yaitu tempat di mana Idris berada. Ternyata, Idris telah dicabut nyawanya sementara ia sama sekali tidak merasakannya.
Wallahu alam.