CoreNews.id, Jakarta – Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid AN meyakini hilirisasi sektor pertambangan mineral dilakukan di Indonesia. Hal ini akan tercapai apabila koordinasi antar-kementeriaan/lembaga, dan pembangunan smelter akan menambah devisa negara.
“Kalau satu komoditas pemasukannya bisa 6 kali lipat dan kalau 5 komoditas bisa terbayangkan,” kata Wafid seperti diberitakan rri.co.id, Jumat (29/11/2024).
Di sisi lain, ia menilai sektor batu bara masih menjadi andalan terbesar. Bagi pemasukan negara melalui penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“Batu bara itu menjanjikan. Dari hilirisasi atau pemanfaatan yang kita perjuangkan,” ujarnya.
Wafid mengungkapkan Indonesia memiliki potensi batu bara sekira 32,74 miliar ton di Sumatera. Kemudian, cadangan batu bara di Kalimantan sekira 19,8 miliar ton.
“Dari batu bara ini dapat dimanfaatkan dalam hilirisasi. Itu dapat menjadi asam humid,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pembentukan ekosistem hilirisasi sebagai syarat utama bagi para pengusaha di sektor pertambangan. Hal ini untuk memperpanjang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B).
“Syarat utama PKP2B, kita lakukan perpanjangan. Salah satu syaratnya adalah harus membangun hilirisasi,” ujar Bahlil di Jakarta, Senin (25/11/2024) seperti dikutip Antaranews.com.
Menurut Bahlil persyaratan tersebut ditetapkan pihaknya guna mendukung keinginan Presiden Prabowo untuk melakukan hilirisasi sumber daya alam. Guna meningkat nilai tambah domestik sehingga bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen.
Ia mengatakan persyaratan tersebut juga bertujuan untuk mendiversifikasi pendapatan Indonesia. Agar tidak terlalu mengandalkan ekspor komoditas mentah, serta menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang masih cukup tinggi.