CoreNews.id, Jakarta – Pemerintah Afrika Selatan meluncurkan operasi penyelamatan di tambang emas yang ditinggalkan di Provinsi North West. Menurut kelompok penambang, setidaknya 109 orang dinayatakan tewas di dalam tambang tersebut, dilansir dari CNN, Rabu (15/1/2025).
Polisi Afrika Selatan menyatakan, 51 jenazah dan 106 korban selamat telah dievakuasi dari tambang Stilfontein. Sementara itu, banyak penambang lainnya masih diduga terjebak di dalam tambang.
Meshack Mbangula, ketua Mining Affected Communities United in Action (MACUA), memperkirakan sekitar 500 orang terjebak di tambang tersebut. Para penambang diduga meninggal akibat kelaparan dan dehidrasi, dengan kondisi di tambang yang memiliki kedalaman beberapa kilometer terus memburuk.
Video dari tambang menunjukkan jenazah dibungkus plastik serta pria kurus kering dengan tulang yang menonjol. Dalam video tersebut, seorang pria memohon untuk diselamatkan dan mempertanyakan berapa lama mereka harus bertahan dalam situasi itu.
Surat dari para penambang juga meminta bantuan atau makanan karena banyak orang telah meninggal. Mereka juga menuliskan bahwa mereka membutuhkan plastik untuk membungkus jenazah karena bau menyengat.
Polisi menghentikan pasokan makanan dan air ke tambang sejak November dalam upaya memaksa para penambang ilegal keluar. Langkah ini menuai kritik dari kelompok masyarakat dan Federasi Serikat Pekerja Afrika Selatan (SAFTU).
SAFTU menyebut tindakan tersebut berlebihan dan berpotensi memicu tragedi. Pengadilan Afrika Selatan kemudian memerintahkan polisi untuk menghentikan pengepungan tambang, menyediakan makanan, dan mengizinkan tim penyelamat masuk.
Komisi Hak Asasi Manusia Afrika Selatan (SAHRC) juga menyelidiki tindakan polisi yang menghentikan pasokan penting ke tambang. Pada Minggu, pemerintah mulai merencanakan operasi penyelamatan di tambang tersebut.
Pemerintah menyatakan bahwa keputusan ini diambil secara independen dan bukan atas mandat pengadilan. Polisi menyatakan bahwa para penambang yang muncul ke permukaan akan ditangkap.
Pperasi penyelamatan dilakukan di tengah tekanan publik, dengan fokus menyelamatkan korban yang masih berada di dalam tambang. Pemerintah kini menghadapi tantangan besar untuk mengatasi krisis ini, sekaligus menekan dampak dari aktivitas tambang ilegal di negara tersebut.