Jakarta, CoreNews.id – Kabar tentang kemungkinan resesi global kini bukan sekadar isu, sinyal-sinyalnya makin kuat terasa. Nilai tukar rupiah terus melemah, harga kebutuhan naik perlahan, dan dunia usaha mulai merasakan tekanan. Salah satu pemicunya adalah kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memicu ketegangan perdagangan global dan mengancam stabilitas ekonomi banyak negara, termasuk Indonesia.
Dalam kondisi seperti ini, rasa cemas akan masa depan keuangan menjadi hal yang wajar. Namun, justru di saat seperti inilah kita perlu tetap tenang dan berpikir strategis. Daripada panik, lebih baik bersiap.
Berikut empat kesalahan finansial yang sebaiknya Anda hindari agar tetap aman menghadapi potensi badai ekonomi:
1. Menjadi Penjamin Utang Orang Lain
Menjadi penjamin utang di masa ekonomi normal saja sudah berisiko, apalagi saat resesi menghantui. Jika orang yang Anda bantu gagal membayar cicilannya, otomatis Anda yang harus menanggung. Bayangkan jika dalam waktu bersamaan Anda juga mengalami penurunan penghasilan atau kehilangan pekerjaan. Hal ini bisa menghancurkan kondisi keuangan Anda sendiri. Lebih bijak, bantu sesuai kemampuan tanpa perlu mengambil tanggung jawab utangnya.
2. Menambah Utang Baru
Godaan untuk mengambil cicilan baru bisa terasa kuat, apalagi saat ada promo atau kebutuhan mendesak. Namun saat ancaman resesi di depan mata, menambah utang hanya akan memperbesar tekanan keuangan. Pendapatan bisa menurun sewaktu-waktu, sementara cicilan tetap harus dibayar. Kalau tidak bijak, Anda bisa terjebak dalam jeratan utang jangka panjang yang menyulitkan. Bila memungkinkan, lebih baik bayar tunai atau tunda pembelian besar sampai situasi ekonomi lebih stabil.
3. Meremehkan Pekerjaan yang Dimiliki
Di masa normal, resign demi mencoba hal baru bisa terasa menyegarkan. Tapi saat kondisi ekonomi memburuk, lowongan kerja bisa menyusut drastis dan persaingan makin ketat. Kalau Anda masih punya pekerjaan, syukuri dan pertahankan performa kerja. Bahkan jika Anda mendekati masa pensiun, menundanya bisa jadi keputusan tepat agar nilai tabungan dan investasi tidak tergerus dalam. Stabilitas penghasilan tetap menjadi kunci bertahan saat krisis.
4. Terlalu Berani Dalam Berinvestasi atau Ekspansi
Saat bisnis sedang naik, keinginan untuk ekspansi terasa menggoda. Tapi di tengah ketidakpastian ekonomi, langkah agresif bisa menjadi bumerang. Resesi bisa membuat penjualan turun drastis dan beban utang makin berat. Sebaiknya, fokus jaga kestabilan usaha dan bangun cadangan keuangan untuk bertahan. Tahan dulu ambisi besar, dan bersiap untuk kembali tancap gas saat kondisi ekonomi benar-benar membaik.