Jakarta, CoreNews.id — Dalam suasana menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Galeri Nasional Jakarta menjadi saksi pernyataan penting dari Gerakan Nurani Bangsa (GNB). Puluhan tokoh lintas agama, budaya, dan profesi bersatu menyuarakan delapan pesan kebangsaan yang diharapkan menjadi pedoman Indonesia menuju abad kemerdekaan.
Tokoh-tokoh nasional seperti Kardinal Suharyo, Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Quraish Shihab, dan Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa demokrasi adalah fondasi negara. “Demokrasi harus tetap berakar pada rakyat, dijalankan dengan integritas, dan menghormati hak asasi manusia, termasuk kepedulian pada situasi di Papua,” tegas mereka.
Pesan kedua menyoroti perang melawan korupsi. Presiden dan aparat hukum diminta membersihkan penyelenggaraan negara dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menegakkan hukum demi keadilan yang menjadi pilar demokrasi.
Ketiga, setiap kebijakan yang memengaruhi rakyat harus berlandaskan konstitusi, visi kebangsaan, dan bebas dari kepentingan sempit. Keempat, ekonomi Indonesia perlu mengadopsi pendekatan bottom-up yang inklusif dan berbasis bukti, agar kebijakan menyentuh masyarakat akar rumput dan ramah lingkungan.
Pesan kelima menekankan reformasi pajak yang adil, perlindungan UMKM dan koperasi, serta penindakan tegas terhadap pinjaman dan judi online yang merusak tatanan sosial. Keenam, kebudayaan diakui sebagai penentu arah identitas bangsa. Negara wajib menjamin ruang berekspresi dan melindungi hak-hak budaya.
Ketujuh, kebebasan pers harus dijaga. Media dan jurnalis berperan sebagai pilar demokrasi, sehingga negara wajib melindungi keselamatan insan pers. Pesan terakhir, seluruh elemen bangsa — dari ormas, tokoh agama, pelaku seni, perempuan, akademisi, hingga pengusaha — diajak bergandengan tangan memperkuat kualitas demokrasi.
“Dengan kesadaran kolektif, komitmen bersama, dan berlandaskan Pancasila, Indonesia akan tetap menjadi bangsa merdeka, berdaulat, adil, dan makmur,” ujar pernyataan resmi GNB.
Gerakan ini digerakkan oleh deretan tokoh lintas iman dan profesi seperti KH Ahmad Mustofa Bisri, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo, Romo Frans Magnis Suseno, Bhikkhu Pannyavaro, Alissa Wahid, hingga aktor senior Slamet Rahardjo. Kebersamaan mereka mencerminkan semangat persatuan yang diwariskan para pendiri bangsa.
Di tengah arus globalisasi dan tantangan perpecahan, delapan pesan ini menjadi pengingat bahwa kemerdekaan tidak hanya dirayakan, tetapi juga dihidupi — dengan tekad menjaga persatuan, keadilan, dan kemakmuran untuk seluruh rakyat Indonesia.