Jakarta, CoreNews.id – Teknologi Artificial Intelligence (AI) kini bukan lagi pelengkap, melainkan energi baru yang menggerakkan dunia kerja modern di Indonesia. Dari efisiensi kerja hingga pengambilan keputusan, kolaborasi antara manusia dan mesin kini menjadi fondasi produktivitas baru.
Presiden Direktur HP Indonesia, Juliana Cen, menegaskan bahwa AI telah mengubah pola kerja lintas industri dan menjadi pendorong utama transformasi digital. “Teknologi sekarang bukan sekadar alat bantu, tapi sudah menjadi energi penting dalam dunia kerja. Dengan AI, kita bisa bekerja lebih cepat, efisien, dan akurat,” ujar Juliana dalam forum OneHP Day 2025 – Driving the Future of Work Together: One Nation. One Future. One HP, di Jakarta, 28/10/2025.
Kolaborasi Manusia dan AI: Realita Baru Dunia Kerja
Menurut Juliana, kolaborasi antara manusia dan AI kini terjadi di hampir semua lini pekerjaan—mulai dari menulis email, membuat laporan, hingga menganalisis data. Banyak perusahaan telah menggunakan AI agents di divisi HR untuk menyaring ratusan lamaran kerja secara otomatis, meningkatkan efisiensi rekrutmen tanpa mengurangi akurasi seleksi. “AI bukan hanya alat bantu, tapi mitra kerja yang mampu mengambil keputusan sederhana dan membantu manusia fokus pada tugas yang lebih strategis,” jelas Juliana.
AI Ciptakan Peluang, Bukan Sekadar Otomatisasi
Meski kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan akibat otomatisasi masih ada, Juliana menilai AI justru membuka lapangan kerja baru—terutama di bidang keamanan siber, analisis data, dan pengembangan sistem digital. “Indonesia akan membutuhkan sekitar 1,5 juta profesional baru di bidang ini,” ungkapnya. Namun, ia juga menyoroti pentingnya reskilling dan upskilling tenaga kerja agar siap beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Keamanan Digital Jadi Tantangan Serius
Berdasarkan survei terbaru, hanya 11% perusahaan di Indonesia yang siap menghadapi risiko keamanan siber akibat penggunaan AI. “Kita sering baru sadar pentingnya keamanan setelah terkena dampak. Padahal, pencegahan harus dilakukan sejak awal,” tegas Juliana.
AI dan Visi Indonesia Emas 2045
Presiden KORIKA (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial), Prof. Hammam Riza, menegaskan bahwa AI merupakan pilar utama menuju Indonesia Emas 2045. “Sejak diluncurkannya Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia, kita ingin memastikan bahwa teknologi ini menjadi penggerak utama transformasi ekonomi,” ujarnya.
Pemerintah kini tengah memfinalisasi peta jalan AI Indonesia 2030, yang akan menjadi dasar kebijakan nasional melalui Peraturan Presiden tentang Indonesia AI Journey. Fokusnya meliputi:
- Penguatan infrastruktur data nasional
- Pengembangan talenta digital unggul
- Tata kelola dan etika penggunaan AI
“AI harus dikembangkan dengan nilai kemanusiaan. Kita ingin membangun ekosistem AI yang aman, inklusif, dan berkelanjutan,” tambah Hammam.
AI sebagai Mitra, Bukan Pengganti
Dengan tingkat adopsi AI yang telah mencapai lebih dari 90%, Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan penerapan teknologi cerdas tertinggi di Asia Tenggara. Namun, baik pemerintah maupun pelaku industri menekankan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak hanya bergantung pada teknologi, melainkan pada manusia yang mampu memanfaatkannya dengan bijak.
“AI akan menjadi mitra yang memperkuat kemampuan manusia, bukan menggantikannya. Itulah semangat dunia kerja ke depan,” tutup Juliana Cen.













