Jakarta, CoreNews.id – Kasus diabetes di Indonesia terus meroket dan tak lagi hanya mengincar usia lanjut. Generasi muda kini menjadi sasaran berikutnya. Dr. Deasy Natalia Adriana, Sp.PD dari Primaya Hospital PGI Cikini menegaskan, deteksi dini dan gaya hidup sehat adalah senjata utama melawan komplikasi mematikan dari penyakit yang dijuluki “ibu dari segala penyakit” ini.
Mengenal Sang “Mother of Diseases“
Diabetes melitus jauh lebih dari sekadar angka gula darah tinggi. Ia adalah gerbang menuju berbagai penyakit kronis yang dapat merusak organ vital. Julukan “mother of diseases” melekat karena diabetes menjadi pemicu utama komplikasi serius seperti stroke, kebutaan, penyakit jantung, gagal ginjal, hingga luka kronis yang berujung amputasi.
Data global memperkirakan pada 2050, 1 dari 8 orang dewasa akan hidup dengan diabetes. Di Indonesia, lebih dari 20 juta orang telah mengidapnya, dan angka ini diproyeksikan melonjak menjadi 28,6 juta pada 2045. Yang mengkhawatirkan, data tahun 2022 mencatat 13.311 kasus diabetes tipe 1 di Indonesia diderita oleh anak-anak dan remaja di bawah 20 tahun.
“Diabetes bukan hanya soal gula, tapi penyakit yang menyerang pembuluh darah di seluruh tubuh. Kerusakan inilah yang memicu komplikasi di berbagai organ,” jelas dr. Deasy, dalam keterangannya, 15/11/2025.
Gejala Awal dan Ancaman di Usia Muda
Kenali gejala klasik diabetes yang dikenal dengan 3P:
- Poliuria: Sering buang air kecil, terutama malam hari.
- Polidipsi: Rasa haus yang berlebihan.
- Polifagi: Sering merasa lapar.
Ancaman diabetes kini semakin nyata di kalangan generasi produktif. Gaya hidup kurang gerak, konsumsi gula dan lemak berlebih, serta stres, memicu munculnya Diabetes Tipe 2 di usia muda.
“Saya pernah menangani pasien berusia 27 tahun yang sudah mengidap diabetes tipe 2. Ini perlu perhatian serius karena banyak remaja dan dewasa awal yang berisiko mengalami komplikasi di usia produktif,” ungkap dr. Deasy.
Skrining dan Langkah Pencegahan
Meski tidak bisa disembuhkan, diabetes dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi. Skrining dini melalui pemeriksaan penyakit dalam dan laboratorium adalah kunci.
Dr. Deasy menekankan, risiko diabetes dapat diminimalkan dengan:
- Menjaga pola makan bergizi seimbang.
- Mengontrol berat badan ideal.
- Rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu.
- Berhenti merokok dan hindari alkohol.
- Rutin memantau kadar gula darah.
“Menjaga kesehatan adalah investasi jangka panjang. Bukan sekadar berobat saat sakit, tetapi menjaga keseimbangan tubuh melalui pola hidup sehat setiap hari,” tutup dr. Deasy.
Dengan memahami bahaya diabetes dan mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin, kita dapat melindungi diri dan keluarga dari ancaman komplikasi yang merusak dari ujung rambut hingga ujung kaki.













