Jakarta, CoreNews.id – Pertumbuhan motor listrik di Indonesia dicatat sebesar 15 kali lipat dari 2020 hingga 2022. Sayangnya, penyebarannya terkendala adopsi, standarisasi baterai, dan jarak tempuh yang terbatas. Hal ini disampaikan Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Tjahajana, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/9/2023).
Namun demikian menurut Agus Tjahajana, bila diperkuat dengan sistem swapping baterai, maka akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik.
Menurut Agus Tjahajana kembali, sejak 2019 pemerintah Indonesia sebenarnya terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen. Seperti misalnya mengurangi biaya produksi dan mempercepat infrastruktur motor listrik. Adapun targetnya adalah pada 2030, terdapat 31 ribu stasiun pengisian daya, 67 ribu stasiun pertukaran, 30 persen penjualan motor listrik, dan 13,5 juta motor listrik sudah berada di jalan-jalan.
Pada saat ini, 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia. Swap Energi juga akan mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai, sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan. Hingga kini, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang sebesar 19,2 Miliar dollar AS (Rp 295 triliun), baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.*