Bangkok, CoreNews.id — Perekonomian Thailand tengah berada dalam krisis. Hal ini disampaikan Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu (24/1).
Pernyataan ini muncul setelah gubernur bank sentral mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa bahwa langkah-langkah stimulus pemerintah tidak akan memperbaiki masalah struktural yang mengganggu perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara. Sebelumnya Gubernur Bank of Thailand (BOT) Sethaput Suthiwartnarueput juga mengatakan jika pertumbuhan Thailand lebih lambat dari perkiraan namun perekonomiannya tidak berada dalam krisis seperti yang digambarkan oleh pemerintah.
Menurut Srettha kembali, suku bunga yang tinggi merugikan bisnis dan mendesak BOT untuk menurunkan suku bunga karena menempati angka tertinggi dalam satu dekade sebesar 2,5%. Untuk itu pemerintahannya menjanjikan sejumlah langkah stimulus untuk menghidupkan kembali perekonomian, termasuk program bantuan senilai $14,3 miliar yang menargetkan 50 juta warga Thailand.*