Jakarta, CoreNews.id — Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRRES) Marwan Batubara (23/1/2024), menyatakan jika program hilirisasi nikel justru lebih banyak menguntungkan para konglomerat dan Cina dibandingkan Indonesia. Hal ini karena penerimaan negara dari hilirisasi nikel hanya sekitar 20-25 persen atau jauh lebih rendah dibandingkan sektor migas yang mencapai 50-60 persen.
Semua ini terjadi karena hilirisasi tidak sampai barang jadi. Jika sampai 70-80 persen pun juga sudah sangat bagus. Sayangnya hilirisasi saat ini hanya sampai barang seperempat jadi atau setengah jadi. Ia lalu diekspor ke Cina, sehingga Cina menjadi yang lebih menikmati.
Menurut Marwan kembali, hilirisasi secara definisi memang memberikan banyak manfaat bagi negara, mulai dari penciptaan nilai tambah, pembukaan lapangan kerja, hingga meningkatkan penerimaan negara. Namun dengan catatan, sepanjang itu dijalankan sesuai prinsip pertambangan yang baik dan tata kelola perusahaan yang baik, bebas KKN, bebas kepentingan oligarki atau asing. Sayangnya kondisi ideal ini tidak pernah ada.*