Jakarta, CoreNews.id — Mengutip data dari https://www.bps.go.id/id/exim, pada Januari 2024 Indonesia mengimpor barang dari Israel senilai 9.835.544,00 dolar AS, Februari 1.858.084,00 dolar AS, Maret 16.586.596,00 dolar AS. Kemudian pada April senilai 945.503,00 dolar AS. Secara keseluruhan, angka impor Indonesia senilai 29.225.727,00 dolar AS.
Bila kemudian dibandingkan dengan bulan Januari 2023, Indonesia dicatat mengimpor barang dari Israel dengan harga 1.460.030,00 dolar AS, Februari 2.346.948,00 juta dolar AS. Maret 1.727.451,00 dolar AS, dan April 1.197.417,00 dolar AS. Sehingga total angka impor Indonesia mencapai 6.731.846,00 dolar AS.
Secara yoy, tampak terjadi tren kenaikan yang sangat besar pada barang impor Israel. Angka itu menunjukkan ada peningkatan tajam impor sebanyak berkali-kali lipat dengan peningkatan hingga lebih dari 330 persen. Mungkinkah semua ini seperti menunjukkan kebijakan politik dan ekonomi yang diterapkan Indonesia kepada Israel memang bertolak belakang. Bila dalam kebijakan politik Indonesia memposisikan berada di sisi Palestina, ternyata dalam kebijakan ekonomi, Indonesia memilih menjadi pasar produk Israel. Dapatkah kemudian disebut tengah terjadi sebuah standar ganda kebijakan?*