CoreNews.id, Jakarta – Yordania bertahun-tahun berupaya untuk menjaga keseimbangan hubungan dengan negara-negara tetangga. Negara kerajaan itu, yang selama ini terobsesi untuk mempertahankan stabilitas hubungan dengan Israel dan Iran, kini terseret dalam perang yang mungkin akan terjadi di depan pintunya.
Pada 13 April lalu, kerajaan itu ambil bagian dalam mencegat ratusan drone dan rudal Iran yang memasuki wilayah udaranya dalam serangan bersejarah yang dilancarkan Iran terhadap Israel. Pemerintah Yordania telah menegaskan, negaranya hanya ingin mempertahan kedaulatannya. Pada 1 Oktober, saat Iran kembali meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke Israel, Yordania kembali ikut menembak jatuh rudal-rudal itu.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, di televisi pemerintah mengatakan, ancaman apapun, termasuk yang datang dari Israel, akan diperlakukan sama.
“Yordania merupakan koridor utama untuk menyerang Israel dari Iran, yang telah melanggar kedaulatan dan wilayah udara Yordania,” kata Jalal al Husseini, peneliti French Institute of the Near East (IFPO) di ibu kota Yordania, Amman, sebagaimana dikutip France 24.
“Tanpa memikirkan Israel, Yordania sangat ingin memastikan bahwa wilayah udara dan kedaulatannya dihormati.”
Aksi Yordania dipuji Israel dan AS. Namun keterlibatannya itu telah memicu kemarahan besar Iran. Menurut sumber militer yang dikutip kantor berita Iran, Fars, Yordania bisa menjadi “target berikutnya” jika Amman terus mengambil bagian untuk membantu Israel.
Warga Yordania juga ada yang kecewa dengan langkah pemerintahnya.
“Pemerintah tidak melakukan apapun… Mereka berada di pihak Israel dan mereka harus berhenti,” kata Abeer, guru berusia 46 tahun, kepada The Guardian. Sejumlah warga lain mengatakan “setiap” pemimpin muslim dan Arab telah gagal bertindak melawan Israel. Mereka tidak mengecualikan pemimpin mereka sendiri.