Hajar Aswad adalah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah. Batu ini memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi bagi umat Islam karena dipercaya berasal dari surga dan merupakan bagian dari sejarah Ka’bah sejak zaman Nabi Ibrahim AS.
1. Asal-Usul Hajar Aswad
Menurut riwayat Islam, Hajar Aswad berasal dari surga dan awalnya berwarna putih bersih. Namun, seiring waktu, batu ini berubah menjadi hitam akibat dosa-dosa manusia.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
“Hajar Aswad turun dari surga, lebih putih dari susu, lalu dosa-dosa manusia menjadikannya hitam.” (HR. Tirmidzi, Ahmad)
2. Peletakan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Ketika Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, membangun Ka’bah atas perintah Allah SWT, mereka meletakkan Hajar Aswad di salah satu sudutnya sebagai tanda awal dan akhir dalam melakukan tawaf.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail seraya berdoa: ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'” (QS. Al-Baqarah: 127).
Hajar Aswad menjadi simbol ikatan manusia dengan Allah dan menjadi bagian penting dari ritual haji dan umrah.
3. Peristiwa Peletakan Kembali oleh Nabi Muhammad SAW
Pada tahun 605 M, suku Quraisy merenovasi Ka’bah karena mengalami kerusakan akibat banjir besar. Ketika tiba saatnya meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya, terjadi perselisihan di antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang berhak melakukannya.
Untuk menyelesaikan sengketa ini, Nabi Muhammad SAW yang saat itu berusia sekitar 35 tahun mengusulkan solusi bijaksana:
- Beliau membentangkan kain dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya.
- Setiap pemimpin suku memegang ujung kain dan mengangkatnya bersama-sama.
- Nabi Muhammad SAW kemudian meletakkan sendiri batu tersebut di tempatnya.
Keputusan ini diterima oleh semua pihak dan menunjukkan kebijaksanaan beliau dalam meredakan konflik.
4. Pencurian oleh Kaum Qarmathian
Pada tahun 930 M, sekte Qarmathian (kelompok ekstrem dari Syiah Ismailiyah) menyerang Makkah dan mencuri Hajar Aswad. Mereka membawanya ke Bahrain dan menyimpannya selama sekitar 22 tahun.
Batu ini akhirnya dikembalikan ke Ka’bah pada tahun 952 M setelah tekanan dari umat Islam. Namun, beberapa bagian Hajar Aswad telah hilang, dan batu itu pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Saat ini, Hajar Aswad terdiri dari beberapa fragmen yang dipasang dalam bingkai perak.
5. Kondisi Hajar Aswad Saat Ini
Saat ini, Hajar Aswad terdiri dari 8 potongan kecil yang disusun dalam bingkai perak di sudut Ka’bah. Jamaah haji dan umrah dianjurkan untuk mencium atau menyentuhnya saat melakukan tawaf, tetapi jika tidak memungkinkan, cukup dengan memberi isyarat dari jauh.
Kesimpulan
Hajar Aswad memiliki sejarah panjang yang penuh makna, dari asalnya yang berasal dari surga, perannya dalam pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim AS, hingga berbagai peristiwa yang dialaminya sepanjang sejarah Islam. Batu ini tetap menjadi bagian penting dari ibadah di Masjidil Haram dan simbol spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia.