Riyadh, CoreNews.id — Penjajakan “peluang ekonomi dan investasi” setelah perang di Ukraina dilakukan para pejabat AS dan Rusia di Riyadh, Arab Saudi. Kebijakan ini menandai perubahan dramatis terhadap kebijakan pemerintahan Biden sebelumnya, yaitu mengisolasi Moskow. Diskusi ini juga menandai upaya tingkat tinggi pertama untuk menegosiasikan diakhirinya invasi besar-besaran Putin ke Ukraina sejak awal perang, ketika perundingan gagal karena tuntutan presiden Rusia.
Menurut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, diakhirinya konflik Ukraina harus dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat, termasuk Ukraina, Eropa dan Rusia, dan bahwa sekutu Washington di Eropa telah berkonsultasi. Selain itu, ia juga mengatakan bila kesepakatan telah dibuat untuk membentuk tim tingkat tinggi guna mendukung perundingan damai Ukraina dan menjajaki “peluang yang akan muncul jika konflik di Ukraina berhasil diakhiri”.
Sayangnya, pembicaraan antara AS dan Rusia tersebut tidak melibatkan Eropa dan Ukraina. Kaja Kallas, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, bahkan kemudian menulis pesan di Twitter kepada Rubio: “Rusia akan mencoba memecah belah kita. Jangan sampai kita masuk ke dalam perangkap mereka. Dengan bekerja sama dengan AS, kita dapat mencapai perdamaian yang adil dan abadi – sesuai dengan persyaratan Ukraina.”*