Jakarta, CoreNews.id – Nilai tukar rupiah kembali melemah, pada Selasa (25/3/2025), menyentuh Rp 16.612 per dolar AS di pasar spot, dengan level terendah Rp 16.641. Ini mendekati rekor krisis moneter 1998, saat rupiah sempat jatuh ke Rp 16.650 per dolar AS.
Meski begitu, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa kondisi rupiah masih dalam batas fundamental. Direktur Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman, menyebut pelemahan ini dipicu ketidakpastian global, termasuk kebijakan Presiden AS Donald Trump, potensi sikap hawkish The Fed, serta ketegangan geopolitik.
“Situasi saat ini berbeda dengan 1998. Secara fundamental, ekonomi Indonesia lebih kuat. Sejak pertengahan 2024, rupiah hanya melemah 1,33%, jauh lebih baik dibanding won Korea Selatan (-6,30%) dan rupee India (-2,74%),” tegasnya, dikutip dari pemberitaan sejumlah media nasional, 25/03/2025.
BI berkomitmen menjaga stabilitas rupiah dengan intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN). “Kami akan memastikan volatilitas tetap terkendali agar kepercayaan pasar terjaga,” ujar Fitra.