CoreNews.id, Jakarta – Nabi Nuh AS adalah nabi yang sangat sabar sebab walaupun berdakwah selama ratusan tahun, namun hanya sedikit orang yang mau beriman kepada Allah SWT. Bagaimanakah kisah Nabi Nuh AS?
Nabi Nuh AS bernama lengkap Nuh bin Lamik bin Muttawsyalakh bin Khanukh (Idris AS) bin Yarid bin Mahylayil bin Qanin bin Anusy bin Syaits bin Adam AS. Menurut Ibnu Katsir dalam Kitab Qashashul Anbiya, beliau lahir 146 tahun setelah Nabi Adam AS meninggal.
Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS kepada Bani Rasib untuk menghapuskan kesesatan dan kegelapan yang ada di sana. Saat itu kaum Nabi Nuh AS menyekutukan Allah SWT dengan menyembah patung-patung orang saleh.
Bani Rasib menjadikan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, anak-anak Adam yang saleh, dengan meminta keberkahan dan rezeki dari mereka. Kemudian Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS sebagai rasul pertama untuk menyebarkan kebenaran.
Dakwah Nabi Nuh AS berlangsung sangat lama. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 14 yang berbunyi,
“Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.”
Selama 950 tahun ini Nabi Nuh AS berdakwah dengan segala cara tanpa mengenal waktu, siang dan malam, kala sepi maupun ramai, dengan kabar gembira maupun ancaman, namun mereka tetaplah kaum yang sesat dan berlaku kejam.
“Setiap kali satu generasi berlalu, mereka berpesan kepada generasi berikutnya agar tidak beriman kepada Nuh, harus memerangi dan menentangnya,” tulis Ibnu Katsir.
Akhirnya Nabi Nuh AS putus asa mengharapkan kebaikan dan keberuntungan kaumnya yang sesat. Sudah tidak ada cara lagi yang bisa mengembalikan mereka kepada Allah SWT.
Nabi Nuh AS lalu berdoa kepada Allah SWT sebagaimana di dalam surah Asy-Syu’ara ayat 117-118 yang berbunyi,
“Dia (Nuh) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakanku. Maka, berilah keputusan antara aku dan mereka serta selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin bersamaku.”
Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat sebuah bahtera yang akan digunakan untuk menyelamatkan beliau beserta orang-orang mukmin dari azab banjir yang sangat dahsyat.
Selama pembuatannya, tentu tidak lepas dari ejekan dan cemoohan dari kaum tersebut. Namun, hal itu tidak membuat kaum muslim dan Nabi Nuh AS berkecil hati dan malah membuat mereka semakin giat dalam membangun kapal itu.
Setelah kapal itu jadi, maka Allah SWT menepati janji-Nya. Dia memerintahkan Nabi Nuh AS untuk memasukkan hewan dengan berpasang-pasangan dan orang mukmin untuk masuk ke dalam kapal, sebab Dia akan segera menurunkan azab-Nya yang pedih
Allah SWT mengirimkan hujan dari langit yang belum pernah dikenal di bumi sebelumnya, juga tidak akan pernah diturunkan lagi sesudahnya. Dia juga memerintahkan bumi untuk mengeluarkan air dari segala penjuru, sehingga seluruh permukaan bumi tertutup oleh air.
Setelah berbulan-bulan berlayar di atas bahtera Nuh, air pun disurutkan, langit berhenti menurunkan hujan yang dahsyat, dan air yang keluar dari lubang di permukaan bumi pun ditutup. Banjir bandang itu telah usai.
Seluruh orang kafir, termasuk anak Nabi Nuh AS Kan’an, binasa dalam azab tersebut. Tinggallah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya saja yang selamat.