Jakarta, CoreNews.id – Surat-surat progresif yang ditulis oleh Raden Ajeng (RA) Kartini semasa hidupnya kini mendapat pengakuan dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).
UNESCO secara resmi menetapkan kumpulan surat tersebut dalam daftar Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of the World (MoW), sebuah program global yang bertujuan melestarikan dan membuka akses terhadap warisan dokumenter umat manusia.
Kabar membanggakan ini diumumkan dalam rilis pers UNESCO pada Kamis (17/4). Surat Kartini menjadi satu dari 74 entri terpilih yang ditambahkan dalam Memory of the World Register 2025, setelah disidangkan dan disahkan dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 di Paris, Prancis, pada Jumat (11/4).
Surat-surat Kartini diajukan secara resmi oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bersama National Archives of Netherlands dari Universitas Leiden, Belanda. Dokumen ini dinilai penting karena menyuarakan pemikiran Kartini yang progresif tentang pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender, yang relevan hingga kini.
“Surat-surat Kartini, yang disimpan di institusi-institusi Belanda, hadir sebagai sumber dari pemikirannya, sementara dampak dari surat-surat itu terhadap pendidikan, emansipasi, dan perjuangan kesetaraan gender tercermin dalam arsip Kartini di Indonesia. Dari hidupnya yang singkat sampai hari ini, Kartini sudah menjadi sumber inspirasi dalam diskusi Indonesia dan internasional tentang pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender,” demikian deskripsi surat-surat Kartini, sebagaimana dikutip dari situs resmi UNESCO.
Kumpulan surat Kartini sebelumnya telah dibukukan ke dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Surat-surat itu dikumpulkan oleh sahabat pena Kartini, Jacques Henri (JH) Abendanon.
Dalam surat-surat tersebut, Kartini mengemukakan gagasan-gagasan tajam mengenai emansipasi perempuan, kesetaraan gender, dan kritik terhadap kolonialisme.