Jakarta, CoreNews.id – Korupsi masih menjadi masalah serius yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan melemahkan institusi negara. Transparency International merilis Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) 2024, yang menilai tingkat korupsi sektor publik di 180 negara dengan skala 0–100 (0 sangat korup, 100 sangat bersih).
Mayoritas negara di kawasan Asia Tenggara masih mencatat skor rendah, menandakan tantangan besar dalam pemberantasan korupsi.
Berikut adalah 10 negara Asia Tenggara dengan tingkat korupsi tertinggi versi CPI 2024:
- Myanmar – Skor 16/100, peringkat 168
Sejak kudeta militer 2021, negara ini mengalami instabilitas politik dan minim transparansi, menjadikannya yang paling korup di Asia Tenggara. - Kamboja – Skor 21/100, peringkat 158
Korupsi masih merajalela, terutama di sistem hukum dan administrasi pemerintahan. - Thailand – Skor 34/100, peringkat 107
Stagnasi dalam pemberantasan korupsi, dengan suap dan nepotisme yang masih menjadi tantangan besar. - Laos – Skor 33/100, peringkat 114
Birokrasi yang kurang transparan menghambat upaya menciptakan pemerintahan yang bersih. - Filipina – Skor 33/100, peringkat 114
Meski ada reformasi, korupsi masih mengakar kuat dalam sistem pemerintahan dan penegakan hukum. - Indonesia – Skor 37/100, peringkat 99
Terjadi penurunan skor, mencerminkan lemahnya penegakan hukum dan masih banyaknya kasus korupsi di kalangan pejabat tinggi. - Vietnam – Skor 40/100, peringkat 88
Pemerintah telah melakukan reformasi antikorupsi, namun praktik suap dan penyalahgunaan kekuasaan masih menjadi masalah. - Malaysia – Skor 50/100, peringkat 57
Skor membaik dari tahun sebelumnya, tetapi transparansi dan akuntabilitas masih perlu diperkuat. - Brunei – Tidak tercantum dalam laporan CPI 2024
Namun cenderung memiliki tingkat korupsi lebih rendah dibandingkan beberapa negara tetangganya. - Singapura – Skor 84/100, peringkat 3
Menjadi negara dengan tingkat korupsi terendah di Asia Tenggara dan salah satu yang terbaik di dunia dalam tata kelola pemerintahan.
Ketua Transparency International, François Valérian, menekankan pentingnya tindakan nyata dalam memerangi korupsi:
“Tren berbahaya yang terungkap dalam Indeks Persepsi Korupsi tahun ini menyoroti perlunya menindaklanjuti dengan tindakan nyata untuk mengatasi korupsi global,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas jangka panjang untuk menciptakan dunia yang damai, bebas, dan berkelanjutan.