Jakarta, CoreNews.id – Komitmen untuk memperkuat industri susu nasional kembali ditunjukkan oleh JAPFA dan Greenfields. Melalui kolaborasi strategis, keduanya mendistribusikan lebih dari seribu ekor sapi perah bunting kepada 120 peternak lokal yang tergabung dalam Program Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG) di Jawa Timur.
Sapi-sapi impor asal Australia ini merupakan hasil seleksi ketat dan merupakan persilangan ras Holstein dan Jersey yang terkenal tangguh di iklim tropis serta produktif dalam menghasilkan susu berkualitas tinggi.
Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, menegaskan bahwa semua prosedur karantina telah dilalui sesuai standar. “Badan Karantina Indonesia telah melakukan analisis risiko, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium untuk menjamin kesehatan seluruh sapi perah impor. Hari ini, mereka dinyatakan sehat dan siap didistribusikan ke peternak,” ungkapnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/7/2025).
Program ini mendapat apresiasi langsung dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. “Kedatangan sapi perah bunting impor untuk peternak di lima kabupaten ini sangat berarti bagi peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu segar di Jawa Timur,” ujarnya.
“Terima kasih dan apresiasi kepada JAPFA dan Greenfields yang telah mendukung percepatan pemulihan pasca wabah PMK.” lanjutnya.

Dukungan serupa juga datang dari Kementerian Pertanian. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si., menyebut kolaborasi swasta dan pemerintah sebagai kunci kemandirian susu nasional.
“Kami memiliki komitmen investasi terhadap sapi perah sebanyak 998.565 ekor pada 2025–2029. Dukungan perbankan juga penting agar peternak bisa mengakses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat,” jelasnya.
Tak hanya distribusi sapi, para peternak juga mendapatkan pelatihan teknis, layanan kesehatan hewan, serta jaminan penyerapan susu.
“Inisiatif ini adalah wujud nyata komitmen kami mendukung ketahanan pangan dari hulu. Dengan sapi berkualitas dan pendampingan, kami ingin memperkuat kesiapan menghadapi lonjakan permintaan susu nasional,” ujar Rachmat Indrajaya, Direktur Corporate Affairs JAPFA.
Data Kementerian Pertanian mencatat, Indonesia masih mengimpor sekitar 80% kebutuhan susunya. Sementara itu, estimasi USDA menunjukkan konsumsi susu akan melonjak dari 4,2 juta ton di 2024 menjadi 5,3 juta ton di 2025—didorong oleh program nasional “Makan Bergizi Gratis” yang akan menjangkau 82 juta anak hingga 2029.
Akhil Chandra, CEO Greenfields, menegaskan bahwa upaya ini bukan sebatas distribusi ternak, tapi bagian dari ekosistem berkelanjutan. “Kami telah bermitra dengan lebih dari 2.000 peternak sejak 2007 melalui program KSG. Setelah distribusi, pendampingan tetap kami lakukan agar dampaknya bisa dirasakan jangka panjang,” pungkasnya.
Langkah ini diharapkan jadi titik balik bagi kemandirian susu dalam negeri, sekaligus memperkuat posisi peternak rakyat sebagai pilar utama industri peternakan Indonesia yang tangguh dan berdaya saing.