CILEGON, CoreNews.id – Ribuan alumni Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah tumpah ruah di lapangan madrasah mereka di Lingkungan Pabean, Purwakarta, Kota Cilegon, Sabtu (19/7/2025). Dalam suasana penuh haru dan khidmat, mereka memperingati Haul Akbar KH Qomaruddin sekaligus menggelar Reuni Akbar Alumni Al-Khairiyah Karangtengah—dua agenda besar yang menyatu dalam semangat silaturahmi, penghormatan, dan refleksi sejarah.
KH Qomaruddin dikenal sebagai sosok pendiri Pesantren Nurul Qomar (kini dikenal sebagai Banul Qomar). Ia adalah murid pertama dari ulama besar Cilegon, KH Yasin Beji. Jejak perjuangan ini disampaikan langsung oleh cucunya, KH Muktillah, di hadapan para alumni dan santri yang hadir.
Dari Pesantren ke Madrasah, Dari Guru ke Generasi
Perjuangan KH Qomaruddin dalam mendirikan pesantren kemudian diteruskan oleh putranya, KH Hasbullah Qomar, yang tidak hanya memimpin pesantren, tetapi juga mendirikan Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah. Lembaga ini telah menjadi rumah bagi ribuan santri dari berbagai daerah.
“Al-Khairiyah Karangtengah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat kami dibentuk sebagai manusia,” ujar salah seorang alumni dalam diskusi.
“Cahaya Santri”: Gagasan yang Menyala dari Utara Cilegon
Salah satu momen penting dalam acara ini adalah soft launching dan diskusi buku berjudul Cahaya Santri. Buku ini ditulis oleh para alumni sebagai bentuk kontribusi intelektual dan refleksi spiritual atas perjalanan mereka selama menuntut ilmu.
Menurut Dr. Nurdin Sibaweh, ketua tim penulis sekaligus Steering Committee acara, buku ini menyuarakan pesan bahwa di sudut utara Kota Cilegon berdiri lembaga pendidikan Islam yang telah menyalakan cahaya ilmu dan akhlak di berbagai penjuru daerah.
“Pesantren Nurul Qomar dan Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah adalah dua lembaga yang telah melahirkan banyak santri tangguh. Lewat buku ini, kami ingin menegaskan bahwa nilai-nilai santri masih hidup dan terus menyala,” tegas Nurdin.
Ia menambahkan, harapannya para alumni bisa terus menjadi “cahaya” di tempat masing-masing, membawa perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
Jejak dari Inggris, Pesan dari Santri Global
Dalam diskusi buku, hadir pula Ferdiyan Ananta, alumni yang sempat menempuh pendidikan tinggi di Inggris. Ia mengungkapkan bahwa pendidikan dasar yang ia terima di Al-Khairiyah Karangtengah telah memberikan fondasi kuat dalam menempuh studi lanjutan di luar negeri.
“Pendidikan di sini bukan hanya mengajarkan ilmu, tapi juga nilai, etika, dan kepercayaan diri. Itulah bekal saya selama di Inggris,” ungkap Ferdiyan.
Komitmen Bersama, Harapan ke Depan
Tak hanya ajang nostalgia, reuni ini juga menjadi ruang konsolidasi dan komitmen. Para alumni yang hadir sepakat untuk menjadikan Al-Khairiyah Karangtengah sebagai laboratorium pendidikan agama yang berkelanjutan di wilayah utara Cilegon.
Ciri khas lembaga ini, yakni penguasaan ilmu alat (bahasa Arab), menjadi warisan yang terus dijaga dan diperkuat.
“Momentum reuni ini adalah pengingat bahwa kita memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjaga, merawat, dan mengembangkan lembaga ini,” ujar Nurdin di akhir diskusi.
Semoga para santri dimana pun berada bisa menerangi dimasyarakat sekitar yaa.. Aamiin…