Jakarta, CoreNews.id — Penduduk miskin di kota dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) meningkat sekitar 0,07% poin Maret 2025 dibandingkan September 2024. Selain itu, indeks kedalaman kemiskinan di perkotaan meningkat dari 0,981 pada September 2024 menjadi 1,061 pada Maret 2025. Demikian pula indeks keparahan kemiskinan di perkotaan, dicatat meningkat menjadi 0,245 pada Maret 2025, atau naik dari September 2024 yang sebesar 0,215.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono dalam konferensi pers di Jakarta (25/7/2025). Menurut Ateng, indeks kedalaman kemiskinan (P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin dibandingkan garis kemiskinannya. Semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinannya. Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan (P2) merupakan sebaran pengeluaran penduduk antara penduduk miskin tersebut, apakah semakin melebar atau semakin bagus atau mengecil.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan. Di mana di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, jumlah masyarakat setengah menganggur di perkotaan pada Februari 2025 meningkat menjadi 0,46 juta jiwa dibandingkan Agustus 2024. Kedua, tingkat pengangguran terbuka untuk laki-laki di wilayah perkotaan tercatat meningkat. Tingkat pengangguran untuk laki-laki di perkotaan dicatat 5,87% pada Agustus 2025, dan meningkat menjadi 6,06% pada Februari 2025.
Sekalipun demikian, pada Maret 2025 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 23,85 juta orang, atau turun sekitar 200.000 orang dibandingkan dengan kondisi pada September 2024 yang mencapai 24,06 juta orang.*