Jakarta, CoreNews.id – Indonesia berduka. Ekonom senior dan politikus kawakan, Kwik Kian Gie, meninggal dunia pada Senin malam, 28 Juli 2025 pukul 22.00 WIB di RS Medistra, Jakarta, dalam usia 90 tahun. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh Hatta Rajasa dan politikus PDIP Andreas Hugo Pareira.
Kwik mengembuskan napas terakhirnya setelah dua bulan dirawat akibat gangguan pencernaan. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid dan Kepala Bappenas di masa Presiden Megawati. Ia konsisten membela rakyat kecil dan menolak dominasi oligarki dalam kebijakan ekonomi.
Kepergian Kwik meninggalkan enam warisan pemikiran yang terus relevan:
- Ekonomi Harus Berpihak kepada Rakyat Kecil
Ia vokal mengkritik kebijakan yang hanya menguntungkan elite. Baginya, ekonomi sehat adalah ekonomi yang menyentuh akar rumput. - Kritik Keras pada Liberalisasi Ekonomi Kebablasan
Kwik menolak pasar bebas tanpa batas dan menekankan pentingnya peran negara. - Ekonomi Kerakyatan sebagai Pilar Utama
Dipengaruhi pemikiran Keynes dan Tinbergen, ia menekankan pentingnya UMKM dan peran negara dalam pemberdayaan ekonomi. - Pendidikan dan Kemandirian Bangsa
Kwik mendirikan SMA Erlangga dan turut mendirikan Prasetiya Mulya. Ia percaya kemandirian ekonomi tak lepas dari intelektual. - Politik Beretika dan Ekonomi Transparan
Ia menolak politik transaksional dan mendorong transparansi anggaran serta pengelolaan utang negara. - Nasionalisme Ekonomi dalam Dunia Global
Kwik mengajak agar Indonesia terbuka tapi tetap berdaulat secara ekonomi dengan industri nasional yang kuat.
Kwik Kian Gie adalah sosok langka: intelektual, politisi, sekaligus penjaga nurani ekonomi bangsa. “Di tengah arus politik transaksional dan kebijakan ekonomi yang kadang berpihak pada elite, Kwik berdiri sebagai suara yang jernih dan berani,” tulis laporan tersebut. Kini, gagasannya akan terus hidup, menjadi suluh bagi generasi berikutnya.