Jakarta, CoreNews.id – Musyawarah Nasional dan Pelantikan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) masa khidmat 2025–2030 yang digelar di Jakarta pada 30–31 Juli 2025 menjadi momentum reflektif bagi para cendekia Nahdlatul Ulama.
Tidak semata seremoni, forum ini menjadi momentum strategis untuk merumuskan peran strategis ISNU di tengah tantangan kebangsaan dan globalisasi.
Ahmad Tholabi Kharlie, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dewan Ahli PP ISNU, menyebut ISNU harus bertransformasi dari sekadar forum diskusi elit menjadi motor gerakan intelektual yang membumi.
“ISNU harus hadir di ruang-ruang nyata, menyentuh denyut umat dari desa, sekolah, pesantren hingga ranah digital. Jika hanya berwacana tanpa aksi, ISNU akan terjebak sebagai menara gading yang terasing dari basis Nahdliyyin,” tegas Tholabi kepada media, Rabu (30/7).
Menurutnya, tantangan menuju Indonesia Emas 2045 tak hanya bersifat teknis, tapi juga ideologis dan ekologis. Dalam konteks ini, peran ISNU sebagai epistemic community sangat strategis.
Ia mengingatkan, sambil mengutip David Held (1995), bahwa komunitas sarjana memiliki posisi penting dalam memproduksi gagasan dan mempengaruhi arah tata kelola global.
“ISNU harus menjadi simpul kolaboratif, yakni menghubungkan dunia pesantren dan teknologi, tradisi dan modernitas, serta ilmu agama dan sains,” ungkap Tholabi.
Dalam Munas ISNU, sejumlah tokoh nasional dari kalangan NU hadir, menjadi bukti bahwa sarjana NU relevan dalam posisi strategis. Namun, Tholabi mengingatkan, pencapaian personal belum tentu menjamin efektivitas kolektif. Diperlukan desain organisasi inklusif dan kaderisasi intelektual yang adaptif terhadap zaman.
Ketua Umum ISNU, Kamaruddin Amin, juga menegaskan pentingnya peningkatan partisipasi pendidikan tinggi nasional yang saat ini baru menyentuh 40 persen. ISNU, katanya, dengan lebih dari 2.000 guru besar dan puluhan ribu doktor, bisa menjadi mitra utama pemerintah dalam pembangunan SDM unggul.
“ISNU harus menjadi policy think tank untuk NU dan negara,” ujar Tholabi. ISNU harus menjawab pertanyaan besar tentang arah dan peran cendekia NU, bukan hanya berpikir, tapi juga bertindak nyata bagi kemaslahatan umat.
Dari Munas ini, ISNU diharapkan tidak sekadar merumuskan visi, tetapi juga memulai misi mencerdaskan, mengakar, dan menerangi.***