Jakarta, CoreNews.id –Charlie Kirk, seorang komentator politik dan influencer sayap kanan terkemuka di Amerika Serikat, dikabarkan tewas setelah menjadi korban penembakan di Utah Valley University pada Rabu, 10 September 2025.
Tokoh muda yang dikenal sebagai pendukung setia Donald Trump ini sedang menjadi pembicara dalam acara “Prove Me Wrong: American Comeback Tour” ketika insiden tragis itu terjadi. Peluru yang menembus lehernya membuatnya meninggal dunia di rumah sakit pada usia 31 tahun.
Lantas, siapakah Charlie Kirk sebenarnya? Mengutip sejumlah sumber, berikut profil, perjalanan karier, serta berbagai kontroversi yang melingkupi figur yang menjadi wajah gerakan pemuda konservatif AS ini.
Profil dan Awal Masa Depan Charlie Kirk
Charlie Kirk lahir pada 14 Oktober 1993 di pinggiran Chicago, Illinois. Sempat mengenyam bangku kuliah, ia memutuskan untuk berhenti dan sepenuhnya menceburkan diri dalam dunia aktivisme politik. Keputusan berani ini menjadi titik awal dari perjalanannya yang fenomenal.
Pendiri Turning Point USA (TPUSA)
Pada usia yang sangat muda, 18 tahun, Charlie Kirk bersama William Montgomery mendirikan Turning Point USA (TPUSA) pada tahun 2012. TPUSA adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pendidikan politik bagi generasi muda Amerika dengan prinsip-prinsip konservatif seperti pemerintahan terbatas, kapitalisme, dan kebebasan individu.
Di bawah kepemimpinan Kirk, TPUSA berkembang pesat menjadi organisasi aktivis pemuda konservatif terbesar di Amerika Serikat. Gerakan ini hadir di lebih dari 3.000 kampus dan sekolah menengah atas (SMA), dengan keanggotaan mencapai 650 ribu anak muda dan didukung oleh lebih dari 450 staf.
Pengaruh di Media dan Podcast
Pengaruh Charlie Kirk tidak hanya terbatas pada organisasi. Ia adalah seorang influencer dan komentator politik yang produktif. Tulisannya sering menghiasi media-media besar konservatif seperti Fox News, Newsweek, dan The Washington Times.
Ia juga memiliki platform audio sendiri yang sangat populer, The Charlie Kirk Show, sebuah podcast harian yang disiarkan di 150 stasiun radio. Dalam setahun terakhir, acaranya berhasil menarik 120 juta audiens. Pengaruhnya di media sosial juga sangat signifikan, dengan lebih dari 100 juta subscriber bulanan dan masuk dalam daftar “10 Akun Paling Interaktif” versi Axios.
Charlie Kirk dan Donald Trump: Sekutu Setia MAGA
Kirk dikenal luas sebagai salah satu juru bicara dan pendukung paling vokal untuk Donald Trump. Ia tampil dalam Konvensi Nasional Partai Republik (RNC) pada 2016 dan 2020, serta berpartisipasi dalam parade pelantikan Trump pada Januari 2025.
Dukungannya terhadap Trump tidak setengah-setengah. Ia berada di garda terdepan dalam mengampanyekan slogan Make America Great Again (MAGA). Bukunya yang berjudul “The MAGA Doctrine: The Only Ideas That Will Win the Future” (2020) semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemikir utama gerakan tersebut. Trump sendiri, dalam pernyataan dukacitanya di Truth Social, menyebut Kirk dicintai banyak orang dan bahwa tidak ada yang memahami hati pemuda Amerika lebih darinya.
Kontroversi dan Kritik
Meski dipuji oleh kalangan konservatif karena kemampuannya menggerakkan pemilih muda, Charlie Kirk juga menuai banyak kritik. Ia sering dituding menyebarkan misinformasi dan pernyataan yang memecah belah.
Pandangan tentang Israel-Palestina
Dalam konflik Israel-Palestina, Kirk adalah pendukung terkuat Israel. Bahkan selama masa genosida di Jalur Gaza yang dilakukan IDF sejak 2023, dukungannya tetap nyaring. Ia kerap menyangkal laporan tentang blokade bantuan kemanusiaan oleh Israel dan membantah tuduhan bahwa IDF menargetkan warga sipil. Pada Juli 2024, ia menulis di akun X-nya, “Tidak. Israel tidak membuat warga Gaza kelaparan.”
Tuduhan Islamofobia
Charlie Kirk juga kerap melancarkan pernyataan yang dianggap Islamofobia. Ia berulang kali menuduh Muslim sebagai “kaum ekstremis” dan mengklaim bahwa Islam tidak sejalan dengan nilai-nilai Barat. Dalam cuitan terakhirnya tentang Muslim, ia menulis, “Islam adalah pedang yang digunakan kaum kiri untuk menyayat leher Amerika.” Pernyataan-pernyataan seperti inilah yang membuatnya terus menjadi figur yang polarisasi.
Kematian Charlie Kirk pada usia muda tentu menghentak dunia politik AS. Ia meninggalkan warisan sebagai seorang influencer yang brilian dan kontroversial, yang dengan gigih memperjuangkan ideologi konservatif dan menjadi corong bagi Donald Trump untuk menjangkau generasi muda Amerika.