“Jika digunakan dengan benar, dia bisa menjadi pemain terbaik di dunia.”
Jakarta, CoreNews.id – Pernyataan berani dari mantan pelatih Barcelona, Xavi Hernandez, pada 2021 itu mengandung sentimen yang sudah lama akrab di telinga Ousmane Dembélé. Saat itu, banyak yang mengangkat alis dan meragukan pemain Prancis yang temperamental itu akan pernah mencapai puncak yang diramalkan untuknya.
Setelah perjalanan karir yang penuh pasang surut akibat cedera, inkonsistensi, dan pertanyaan tentang sikapnya, pria berusia 28 tahun itu akhirnya membuktikan bahwa ramalan itu bukanlah isapan jempol belaka. Dembélé resmi dinobatkan sebagai pemenang Ballon d’Or 2025, mengalahkan pesaing berat seperti Mohamed Salah, Kylian Mbappé, dan Lamine Yamal.
Saat berterima kasih kepada keluarganya di atas panggung di Paris, Dembélé tidak bisa menahan tangis. Itu adalah pertanda betapa berlikunya perjalanan yang telah ia lalui untuk sampai pada momen puncak kariernya ini.
Musim Dominan yang Tak Terbantahkan
Penghargaan Ballon d’Or ini datang bukan tanpa alasan. Dembélé adalah mesin utama di balik kesuksesan spektakuler Paris Saint-Germain (PSG) pada musim 2024/2025. Les Parisiens berhasil meraih treble winner: Ligue 1, Coupe de France, dan yang paling prestisius, Liga Champions.
Statistik pribadinya sungguh mencengangkan. Dembélé mencetak 35 gol dan memberikan 14 assist di semua kompetisi. Setelah awal musim yang cukup sepi, ia tercatat sebagai penyerang dengan bentuk terbaik di Eropa sejak awal tahun baru. Pencapaiannya ini bahkan mengalahkan rekan senegaranya, Kylian Mbappé, yang hijrah ke Real Madrid dengan status pemain yang diyakini akan mengunci gelar pemain terbaik dunia.
Titik Balik: Kepergian Mbappé dan Peran Baru yang Membebaskan
Transformasi Dembélé sebenarnya mulai terlihat dalam dua tahun terakhirnya di Barcelona. Namun, kepindahannya ke PSG pada Agustus 2023 seharga £43,5 juta menjadi babak baru. Di musim pertamanya, ia masih menjadi “pembantu” bagi Mbappé, yang mencetak 44 gol.
Kepergian Mbappé ke Real Madrid pada musim panas 2024 menjadi potongan terakhir dalam teka-teki karier Dembélé. Manajer Luis Enrique kemudian memberikan mandat baru: “Kami sekarang menginginkan gol dari Anda. Kami ingin Anda menjadi egois.”
Para staf pelatih terus-menerus menyemangatinya dengan teriakan, “Ballon d’Or, Ballon d’Or, Ballon d’Or!” Pesannya jelas: jika Dembélé bisa mengkonversi peluang yang ia ciptakan, kesuksesan tim dan penghargaan individu akan mengikuti.
Dengan carte blanche dari Luis Enrique, Dembélé pun menjalani peran baru. Jika sebelumnya ia ditempatkan di sayap kanan, kini ia beroperasi sebagai false nine. Posisi ini memberinya kebebasan lebih besar untuk menerima bola, terlibat dalam membangun serangan, dan yang terpenting, memiliki lebih banyak peluang untuk mencetak gol. Strategi ini terbukti jitu. Sebanyak 51 keterlibatan golnya (35 gol + 14 assist) musim ini lebih dari dua kali lipat rekor terbaiknya sepanjang karier.
Melampaui Cedera dan Kontroversi: Proses Kedewasaan
Mengaitkan transformasi Dembélé hanya pada taktik dan kepergian Mbappé adalah penyederhanaan. Perubahan terbesar justru terjadi dalam dirinya sendiri.
Masa lalu Dembélé diwarnai oleh cedera yang tak kunjung henti. Selama membela Barcelona, ia mengalami 14 cedera otot dan menghabiskan 784 hari di luar lapangan. Isu disiplin juga membayanginya; kekhawatiran atas profesionalismenya membuat klub menugaskan koki pribadi, dan kebiasaan begadang bermain game kerap membuatnya terlambat latihan.
Lalu, apa yang berubah?
Sumber terdekatnya mengatakan perubahan besar terjadi setelah Dembélé menikahi kekasihnya, Rima, di Maroko pada Desember 2021, dan tak lama kemudian dikaruniai anak. Pernikahan itu mengejutkan banyak rekan setimnya, yang bahkan tidak tahu bahwa ia memiliki pasangan. Pada dasarnya, Dembélé akhirnya tumbuh dewasa.
Dengan pandangan dan pikiran seorang ayah, ia mulai melihat segalanya berbeda. Dembélé menjadi lebih serius dalam perawatan fisik, bekerja dengan fisioterapis pribadi dan melakukan perawatan preventif khusus. Ia akhirnya menyadari pentingnya nutrisi yang baik dan mempekerjakan seorang ahli gizi dari Prancis untuk membantunya menjaga gaya hidup yang lebih sehat.
Ramalan yang Akhirnya Menjadi Kenyataan
Selama ini, banyak yang meyakini bahwa kemenangan PSG di Liga Champions dan gelar Ballon d’Or akan diraih oleh pahlawan Prancis mereka. Ramalan itu ternyata benar—hanya saja, pahlawan itu bukanlah Kylian Mbappé, melainkan Ousmane Dembélé yang telah mengalami rejuvenasi.
Air mata kebahagiaan yang ia teteskan di Paris adalah bukti dari perjalanan panjang dari bakat muda yang kontroversial menjadi pemain yang disiplin, dewasa, dan akhirnya, yang terbaik di dunia. Ramalan Xavi telah terbukti: ketika segala potensinya digunakan dengan benar, Ousmane Dembélé benar-benar tak terbendung.
Sumber: BBC