Jakarta, CoreNews.id β Ransomware masih menjadi salah satu ancaman siber terbesar bagi organisasi, menyebabkan kerugian finansial rata-rata lebih dari US$5 juta per insiden. Laporan Mandiant 2024 mencatat 21% kasus penyusupan terkait ransomware, sementara 89% organisasi di Asia Pasifik baru mengetahui adanya serangan setelah diberi tahu pihak luar.
Menanggapi situasi ini, Google Cloud meluncurkan intervensi ransomware berbasis AI di Google Drive for Desktop. Teknologi ini dirancang untuk menghentikan enkripsi massal file yang menjadi ciri utama ransomware, sekaligus memudahkan pemulihan data.
Fanly Tanto, Country Director Google Cloud Indonesia, menjelaskan bahwa AI akan mendeteksi pola serangan, lalu menghentikan sinkronisasi file secara otomatis sebelum kerusakan meluas. βHal ini menciptakan semacam balon pelindung di luar file pengguna,β ujarnya.
Google Drive for Desktop kini diperkuat dengan model AI yang dilatih menggunakan jutaan sampel ransomware nyata. Jika terdeteksi aktivitas mencurigakan, sinkronisasi file dihentikan, pengguna menerima notifikasi, dan file bisa dipulihkan dengan mudah melalui antarmuka web. Proses ini jauh lebih sederhana dibandingkan metode tradisional yang sering mahal dan rumit.
Bagi administrator, sistem menyediakan notifikasi di konsol Admin dan akses ke log audit di pusat keamanan. Fitur ini aktif secara default untuk pelanggan Google Workspace tanpa biaya tambahan.
Google menegaskan bahwa dokumen bawaan Google Workspace serta ChromeOS tetap bebas dari ransomware. Namun, perlindungan tambahan ini hadir untuk file eksternal seperti PDF dan Microsoft Office, yang lebih rentan.