Jakarta, CoreNews.id – Hamas dan Israel secara resmi memulai proses pertukaran tahanan menjelang pelaksanaan KTT Gaza, menandai langkah besar menuju berakhirnya konflik yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil di wilayah tersebut.
Hamas telah membebaskan 20 sandera hidup yang sebelumnya ditahan di Jalur Gaza, sementara pihak Israel mulai melaksanakan pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina dari berbagai penjara, termasuk Ofer di Tepi Barat. Langkah ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Suasana penuh haru terlihat di Israel ketika televisi nasional mengumumkan bahwa tujuh sandera pertama telah diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Tak lama kemudian, militer Israel mengonfirmasi bahwa 13 sandera lainnya yang telah ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023 juga telah dipindahkan ke pihak Israel.
Keluarga para sandera menyambut mereka dengan air mata bahagia. Sebagian besar dari mereka dilaporkan dalam kondisi fisik yang stabil, meski tampak lemah setelah lebih dari dua tahun dalam penahanan.
Sementara itu, di Tepi Barat dan Gaza, ribuan warga Palestina berkumpul di sekitar rumah sakit dan titik-titik penjemputan untuk menyambut para tahanan yang dibebaskan oleh Israel. Suasana haru dan sukacita mewarnai momen ini, menggambarkan betapa besar penderitaan yang dialami masyarakat selama konflik berlangsung.
Trump tiba di Bandara Ben Gurion pada Senin pagi dan disambut oleh Presiden Israel Isaac Herzog serta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa “perang telah berakhir” dan ia yakin gencatan senjata akan bertahan. Setelah itu, ia dijadwalkan menghadiri sidang Knesset dan melanjutkan perjalanan ke Mesir untuk memimpin KTT Gaza bersama para pemimpin regional.
Meskipun masih ada ketidakpastian mengenai masa depan Gaza dan peran Hamas di wilayah tersebut, pertukaran tahanan ini membawa harapan baru bagi perdamaian dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. Gencatan senjata juga diharapkan membuka jalan bagi distribusi bantuan pangan dan medis di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.
Sumber: Al Jazeera











