Jakarta, CoreNews.id – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan bahaya serius dari air hujan yang kini mengandung mikroplastik di Indonesia. Ia menjelaskan, partikel plastik yang larut ke laut dapat berubah menjadi mikroplastik, dimakan oleh ikan, dan akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan.
“BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) beberapa waktu yang lalu pernah menyampaikan air hujannya sudah mengandung mikroplastik. Jadi artinya plastik ini kalau dia larut ke laut, dari darat lalu larut ke laut, dia akan menjadi mikroplastik dimakan oleh ikan dan kemudian berbahaya buat manusia,” ujar Trenggono dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).
Menurut Trenggono, polusi mikroplastik kini menjadi isu global yang juga dihadapi Indonesia, menambah kompleksitas tantangan kelautan di tengah upaya menjaga ekosistem laut dan ketahanan pangan nasional.
Ia menuturkan, KKP telah menyiapkan lima kebijakan utama untuk menjaga keseimbangan laut, seperti perlindungan ruang konservasi, pengaturan penangkapan ikan secara terukur, serta pengembangan budidaya berkelanjutan.
“Kita sudah ada MoU dengan IMO (Organisasi Maritim Internasional) bahwa di ruang-ruang konservasi itu ada peta sehingga seluruh kapal, baik kapal niaga, kapal angkut, apalagi kapal perikanan, itu tidak boleh crossing atau mendekat,” katanya.
Trenggono menambahkan, potensi ekonomi biru Indonesia bergantung pada kekuatan sektor budidaya laut, pesisir, dan darat yang dikelola secara berkelanjutan. Namun, ia juga mengingatkan ancaman peningkatan kebutuhan protein dunia yang dapat menekan daya dukung bumi.
“Pertumbuhan umat manusia terus eksponensial, jadi daya dukung bumi kan cuma segini. Menurut FAO, tahun 2050 akan meningkat menjadi 70 persen peningkatan kebutuhan protein. Kalau enggak kita jaga dengan baik, maka dia akan intervensi ekonomi itu dan ujung-ujungnya akan hancur,” ujarnya.
Sebelumnya, peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova mengungkap temuan mikroplastik dalam setiap sampel air hujan yang diteliti di Jakarta sejak 2022. Partikel tersebut berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan, ban, serta pembakaran sampah plastik. Mikroplastik dapat turun kembali ke bumi melalui proses atmospheric microplastic deposition.
“Yang beracun bukan air hujannya, tetapi partikel mikroplastik di dalamnya karena mengandung bahan kimia aditif atau menyerap polutan lain,” tulis Reza dalam keterangan resmi BRIN.











