Jakarta, CoreNews.id – Amazon kembali melakukan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar yang pernah terjadi dalam perusahaannya. Lebih dari 14 ribu karyawan terdampak, dengan posisi insinyur (engineer) menjadi kelompok yang paling banyak terpangkas.
Dokumen WARN (Pemberitahuan Penyesuaian dan Pelatihan Ulang Para Pekerja) yang diajukan Amazon di New York, California, New Jersey, dan Washington menyebutkan bahwa 4.700 karyawan terkena PHK, dan 40 persen di antaranya merupakan engineer—lebih dari 1.800 orang.
PHK besar-besaran ini terjadi meskipun laba Amazon meningkat, selaras dengan tren perusahaan teknologi AS yang melakukan efisiensi besar sejak 2022. Menurut Layoffs.fyi, setidaknya 113 ribu pekerja telah di-PHK dari 231 perusahaan teknologi sepanjang tahun.
CEO Amazon Andy Jassy terus mendorong transformasi budaya perusahaan menjadi lebih ramping dan efisien. Amazon juga semakin mengalihkan sumber daya ke pengembangan artificial intelligence (AI).
Dengan fokus pada efisiensi, Amazon diperkirakan kembali melakukan PHK pada Januari mendatang. Jassy menargetkan perusahaan menjadi “startup terbesar di dunia” dengan menghapus birokrasi dan mempercepat proses kerja.
Kepala SDM Amazon, Beth Galetti, menekankan bahwa inovasi harus berjalan meski jumlah karyawan berkurang.
“Generasi AI saat ini adalah teknologi paling transformatif yang pernah kita lihat sejak internet, dan memungkinkan perusahaan untuk berinovasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya,” ujar Galetti.
Ia juga menegaskan, “Kami yakin bahwa kami perlu lebih terorganisasi dengan lebih sedikit lapisan dan lebih banyak kepemilikan, untuk bergerak secepat mungkin bagi pelanggan dan bisnis kami.”
Perusahaan diprediksi akan terus menyusutkan jumlah tenaga kerja dalam beberapa tahun mendatang seiring peningkatan efisiensi berbasis AI. Amazon juga berupaya menata ulang peran karyawan untuk selaras dengan agenda teknologi jangka panjangnya.











