Jakarta, CoreNews.id – Toba Pulp Lestari akhirnya angkat suara setelah dituduh menjadi penyebab banjir dahsyat di Sumatra yang menelan korban jiwa hingga 604 orang per Senin (1/12). Melalui surat resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan menegaskan operasional mereka tidak terkait dengan bencana tersebut.
“Perseroan dengan tegas membantah tuduhan bahwa operasional menjadi penyebab bencana ekologi,” ujar Corporate Secretary Anwar Lawden, Selasa (2/12/2025).
Anwar menjelaskan operasional perusahaan dijalankan sesuai Standar Operasional Prosedur yang terdokumentasi. Pengawasan lingkungan dilakukan secara berkala bersama lembaga independen bersertifikasi.
“Seluruh kegiatan HTI telah melalui penilaian High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) oleh pihak ketiga untuk memastikan penerapan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari,” jelasnya.
Dari luas lahan 167.912 hektare, perusahaan hanya mengembangkan eucalyptus sekitar 46.000 hektare, sementara sisanya dipertahankan sebagai kawasan lindung dan konservasi. Ia menambahkan bahwa selama lebih dari 30 tahun beroperasi, perusahaan selalu menjaga komunikasi dengan pemerintah, masyarakat adat, akademisi, dan organisasi sipil.
“Perseroan menghormati penyampaian aspirasi publik, namun mengharapkan informasi yang disampaikan didasarkan pada data yang akurat dan dapat diverifikasi,” katanya.
Anwar menegaskan Toba Pulp tetap membuka ruang dialog konstruktif terkait pengelolaan berkelanjutan di wilayah PBPH. Ia juga menyampaikan bahwa peremajaan pabrik pada 2018 berfokus pada efisiensi dan teknologi ramah lingkungan.
Audit KLHK pada 2022–2023, menurutnya, menyatakan perusahaan taat regulasi tanpa temuan pelanggaran lingkungan maupun sosial.
“Mengenai tuduhan deforestasi, kami tegaskan bahwa Perseroan melakukan operasional pemanenan dan penanaman kembali di dalam konsesi berdasarkan tata ruang, RKU, dan RKT yang telah ditetapkan pemerintah,” tegas Anwar.










