Jakarta, CoreNews.id – Setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan, umat Islam disambut dengan hari kemenangan, yaitu Idul Fitri. Tapi, setelah sebulan ibadah maksimal, apakah semuanya langsung selesai begitu saja? Tentu tidak! Salah satu amalan yang sangat dianjurkan setelah Ramadan adalah Salat Idul Fitri.
Namun, muncul pertanyaan, Salat Idul Fitri itu wajib atau sunnah?
Dalil dan dasar Hukumnya
Salat ini bukan sekadar tradisi, melainkan ibadah yang memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam. Rasulullah dan para sahabat selalu mengerjakannya, bahkan beliau menganjurkan seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menghadirinya.
Ada beberapa dalil yang menunjukkan pentingnya Salat Idul Fitri, di antaranya:
Hadis dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha: “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya, bahkan para gadis yang dipingit dan wanita haid. Mereka menyaksikan kebaikan dan doa kaum Muslimin. Hanya saja, wanita haid tidak ikut salat.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan Salat Idul Fitri dua rakaat tanpa ada salat sebelum atau sesudahnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Dalil-dalil ini menegaskan bahwa Salat Idul Fitri bukan sekadar kebiasaan, tetapi bagian dari syariat Islam yang sangat dianjurkan. Oleh karena itu, jangan sampai kita melewatkan kesempatan untuk mendapatkan pahala dan keberkahan di hari yang mulia ini!
Hukum Salat Idul Fitri
Salat Idul Fitri adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Secara umum, ada tiga pendapat utama:
1. Wajib (Fardu ‘Ain) – Pendapat Imam Abu Hanifah
Menurut Imam Abu Hanifah, Salat Idul Fitri hukumnya wajib bagi setiap Muslim yang mampu melaksanakannya. Pendapat ini berdasarkan beberapa hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabat tidak pernah meninggalkannya.
Dalilnya antara lain:
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kausar: 2)
Beberapa ulama menafsirkan bahwa perintah salat dalam ayat ini mencakup juga Salat Idul Fitri.
Hadis dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha:
“Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya, bahkan para gadis yang dipingit dan wanita haid. Mereka menyaksikan kebaikan dan doa kaum Muslimin. Hanya saja, wanita haid tidak ikut salat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Menurut Imam Abu Hanifah, kata “diperintahkan” menunjukkan bahwa salat ini bersifat wajib.
2. Wajib Kolektif (Fardu Kifayah) – Pendapat Sebagian Ulama
Sebagian ulama menyatakan bahwa Salat Idul Fitri hukumnya wajib kifayah, artinya jika sudah ada sekelompok orang yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi yang lain.
Pendapat ini berangkat dari pandangan bahwa salat ini termasuk syiar Islam yang harus ditegakkan, tetapi tidak bersifat individual seperti Salat Wajib lima waktu.
3. Sunnah Muakkadah (Sunnah yang Sangat Dianjurkan) – Mayoritas Ulama
Mayoritas ulama, termasuk Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, berpendapat bahwa Salat Idul Fitri hukumnya sunnah muakkadah, yaitu ibadah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib, tetapi tidak berdosa jika ditinggalkan.
Dalil yang mendukung pendapat ini:
Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan Salat Idul Fitri dua rakaat tanpa ada salat sebelum atau sesudahnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Jika salat ini benar-benar wajib, maka seharusnya ada ancaman dosa bagi yang meninggalkannya, seperti salat wajib lainnya. Karena tidak ada ancaman seperti itu, mayoritas ulama menyimpulkan bahwa hukumnya adalah sunnah muakkadah.
Dari berbagai pendapat di atas, mayoritas ulama sepakat bahwa Salat Idul Fitri tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan untuk dilakukan. Rasulullah ﷺ selalu melaksanakannya dan mengajak umat Islam untuk ikut serta dalam kebahagiaan hari raya ini.
Jadi, meskipun tidak berdosa jika ditinggalkan, akan sangat rugi kalau melewatkannya. Selain mendapatkan pahala besar, Salat Idul Fitri juga menjadi bentuk syukur setelah menjalani ibadah Ramadan. Jangan sampai ketinggalan, ya!