Jakarta, CoreNews.id – Pada Jumat, 28 Maret 2025, Myanmar dilanda gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang wilayah tengah negara tersebut. Episentrum gempa terletak sekitar 16 km barat laut Sagaing, dekat kota Mandalay, pada kedalaman 10 km.
Gempa ini menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah, terutama di Mandalay dan sekitarnya. Bangunan-bangunan runtuh, infrastruktur seperti jembatan dan jalan mengalami kerusakan signifikan, serta layanan komunikasi dan listrik terputus di banyak area. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan enggan kembali ke rumah mereka karena takut akan gempa susulan.
Dampak gempa juga dirasakan di negara-negara tetangga seperti Thailand, Bangladesh, India, Laos, dan China. Di Bangkok, Thailand, beberapa bangunan mengalami kerusakan, termasuk runtuhnya sebuah gedung dalam konstruksi di distrik Chatuchak yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka.
Penyebab gempa ini dikaitkan dengan aktivitas pada Sesar Sagaing, sebuah patahan tektonik utama yang membentang melalui Myanmar. Sesar ini mirip dengan Patahan San Andreas di California dan dikenal sebagai sumber gempa bumi besar di wilayah tersebut.
Pemerintah Myanmar telah mengumumkan keadaan darurat dan meminta bantuan internasional untuk menangani krisis ini. Negara-negara seperti China, Rusia, India, Korea Selatan, dan Uni Eropa telah mengirimkan bantuan, sementara PBB mengalokasikan dana darurat sebesar $5 juta untuk respons awal.
Upaya penyelamatan terus dilakukan di tengah tantangan besar, termasuk kondisi infrastruktur yang tidak stabil dan kekurangan pasokan medis penting. PBB telah memperingatkan kurangnya peralatan trauma, kantong darah, anestesi, dan obat-obatan esensial di area terdampak.
Gempa bumi ini menjadi salah satu yang paling mematikan di Myanmar dalam beberapa dekade terakhir.
Tulisan ini dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan.