Jakarta, CoreNews.id — Sejak Prabowo memperluas peran militer, meningkatkan belanja negara, serta membawa perusahaan-perusahaan BUMN lebih dekat ke dalam pengaruhnya mulai Oktober, sejumlah orang kaya di Indonesia memindahkan ratusan juta dolar ke luar negeri. Arus keluar modal ini diduga turut berkontribusi pada pelemahan rupiah, yang pada 9 April 2025 mencapai titik terendah sepanjang sejarah sebelum sedikit pulih sehari setelahnya.
Dikutip dari Bloomberg News yang telah mewawancarai lebih dari selusin manajer kekayaan, bankir swasta, penasihat, dan individu dengan kekayaan bersih tinggi yang enggan disebutkan namanya karena membahas informasi rahasia, emas dan real estat menjadi pilihan utama, namun mata uang kripto, khususnya stablecoin USDT milik Tether Holdings, juga semakin diminati. Aset-aset ini memungkinkan pemindahan dana dalam jumlah besar tanpa pengawasan ketat. Seorang bankir swasta bahkan mengungkapkan bahwa beberapa klien dengan kekayaan antara US$ 100 juta hingga US$ 400 juta telah mengonversi hingga 10% aset mereka ke dalam kripto.
Meski belum sebanding dengan eksodus modal tahun 1998 saat krisis ekonomi Asia, tren arus keluar dana saat ini terus meningkat. Sebagian dana digunakan untuk membeli properti atas nama keluarga atau teman guna menghindari deteksi.
Beberapa orang kaya bahkan memperoleh visa kerja di Dubai untuk mendirikan perusahaan cangkang yang digunakan dalam pembelian real estat. Timur Tengah dicatat semakin menjadi tujuan bagi aset warga Indonesia yang ingin menghindari pengawasan ketat perbankan Singapura.*