Jakarta, CoreNews.id – Pada Selasa sore, 9 September 2025, ibukota Qatar, Doha, diguncang oleh serangan yang langsung mengubah lanskap geopolitik kawasan. Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan sejumlah senior Hamas. Insiden ini memicu reaksi keras dari Qatar dan menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan proses perdamaian serta stabilitas regional.
Bagaimana Serangan Itu terjadi?
Pada sore hari, ledakan terdengar dan asap terlihat membubung di langit Doha. Footage yang terverifikasi menunjukkan kerusakan parah pada sebuah bagian kompleks di Jalan Wadi Rawdan, dekat distrik West Bay Lagoon, utara pusat kota Doha.
Militer Israel (IDF) mengklaim melakukan “serangan presisi” dengan “munisi presisi” yang menargetkan pimpinan senior Hamas di Qatar. Media Israel melaporkan operasi tersebut melibatkan 15 jet tempur yang menembakkan 10 munisi ke satu target tunggal.
Siapa yang Dijadikan Target?
Hamas menyatakan bahwa anggota delegasi negosiasi mereka di Doha menjadi target serangan namun selamat. Namun, kelompok tersebut melaporkan enam orang tewas, termasuk seorang pejabat keamanan Qatar.
Daftar korban tewas menurut Hamas:
- Humam Al-Hayya (Abu Yahya) – Putra negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya
- Jihad Labad (Abu Bilal) – Direktur kantor al-Hayya
- Abdullah Abdul Wahid (Abu Khalil)
- Moamen Hassouna (Abu Omar)
- Ahmed Al-Mamluk (Abu Malik)
- Kopral Badr Saad Mohammed Al-Humaidi – Angkatan keamanan internal Qatar
Hamas dalam pernyataannya menegaskan kegagalan Israel untuk membunuh para negosiatornya dan menyatakan serangan ini membuktikan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menginginkan perdamaian.
Sebaliknya, Presiden Israel Isaac Herzog membela serangan itu sebagai tindakan yang “penting dan benar” untuk menargetkan kepemimpinan Hamas. Seorang pejabat Israel senior juga menyebut Khalil al-Hayya dan Zaher Jabarin (pimpinan Hamas untuk Tepi Barat) sebagai target.
Apa yang Diketahui AS dan Apakah Trump Memberi ‘Lampu Hijau’?
Kantor PM Netanyahu dengan tegas menyatakan bahwa serangan ini adalah “operasi Israel yang sepenuhnya independen”. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa mereka diinformasikan tentang operasi tersebut, kemungkinan besar karena kedekatan lokasi dengan pangkalan udara AS yang sangat besar, al-Udeid, di luar Doha.
Presiden AS Donald Trump, dalam postingan di Truth Social, menyangkal terlibat dalam keputusan serangan. Ia menyatakan bahwa dirinya “segera mengarahkan” Utusan Khusus AS Steve Witkoff untuk memberi tahu Qatar, tetapi pemberitahuan itu “terlambat” untuk menghentikan serangan. Trump menyatakan penyesalan atas lokasi serangan dan menjamin hal serupa tidak terulang di tanah Qatar, sambil tetap menegaskan bahwa tujuan menghilangkan Hamas adalah tujuan yang layak.
Apa yang Dilakukan Pemimpin Hamas di Qatar?
Qatar telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas sejak 2012 dan menjadi tuan rumah negosiasi tidak langsung sejak serangan 7 Oktober 2023. Beberapa hari sebelum serangan, Hamas menyambut “beberapa ide” dari AS tentang gencatan senjata yang disampaikan melalui mediator. Diduga kuat, para pemimpin yang ditargetkan sedang membahas respons formal terhadap proposal AS tersebut.
Reaksi Qatar dan Dunia Internasional
Reaksi Qatar sangat keras dan penuh kemarahan. Pemerintah Qatar menyebut serangan itu sebagai tindakan “ceroboh dan pengecut” serta “pelanggaran terang-terangan terhadap semua hukum dan norma internasional”. Mereka menegaskan tidak akan mentolerir perilaku Israel yang mengganggu keamanan regional dan kedaulatan Qatar.
Kecaman serupa juga datang dari berbagai negara Arab. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut mengutuk “pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial Qatar yang terang-terangan ini”.
Dampak dan Pertanyaan ke Depan
Serangan ini meninggalkan sejumlah pertanyaan besar:
- Kedaulatan: Bagaimana dampak serangan di wilayah berdaulat sekutu AS seperti Qatar terhadap hubungan diplomatik dan keamanan AS dengan seluruh sekutu Arab di Teluk?
- Proses Perdamaian: Apakah serangan ini mematikan proses negosiasi untuk pembebasan sandera dan gencatan senjata secara permanen?
- Pangkalan AS: Bagaimana masa depan pangkalan udara strategis AS di al-Udeid, yang merupakan pusat operasi militer AS di kawasan tersebut?
Insiden ini bukan hanya sebuah serangan militer, tetapi sebuah peristiwa yang berpotensi mengubah aliansi dan dinamika keamanan yang sudah rapuh di Timur Tengah. Dampak jangka panjangnya masih harus ditunggu dan dilihat.
Sumber: BBC.com