Jakarta, CoreNews.id – Alquran memberikan peringatan keras agar umat manusia tidak mengikuti jejak kaum Musrifin. Mereka adalah golongan yang melampaui batas (israf) dan hidup tidak selaras dengan prinsip Ilahi. Larangan ini bukan hanya tentang gaya hidup boros, tetapi mencakup semua tindakan yang menyebabkan kerusakan ekologis di bumi.
Peringatan ini termaktub dalam QS Asy-Syu‘ara ayat 151-152. Meski konteks awalnya menceritakan kaum Nabi Saleh AS, pesannya bersifat universal dan sangat relevan dengan kondisi bumi saat ini.
Siapa Sebenarnya Kaum Musrifin?
Kata Musrifin berasal dari akar kata Sarafa-Yasrifu yang berarti melampaui batas, berlebihan, atau menyimpang dari jalan benar.
“Wa lā tuṭī‘ū amral-musrifīn(a).”
“Janganlah kamu mengikuti perintah orang-orang yang melampaui batas.” (QS Asy-Syu‘ara: 151)
Dalam Tafsir Ayat-Ayat Ekologi terbitan Kementerian Agama, dijelaskan bahwa karakter mereka dipertegas dalam ayat berikutnya:
“Allażīna yufsidūna fil-arḍi wa lā yaṣliḥūn(a).”
“(Yaitu) orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak melakukan perbaikan.” (QS Asy-Syu‘ara: 152)
Dua ayat ini saling terhubung. Larangan mengikuti kaum Musrifin diberikan karena tindakan merekalah yang membawa kerusakan (fasad) dan tidak membawa perbaikan (islah) di muka bumi.
Musrifin Modern: Akar Kerusakan Lingkungan
Dalam tafsir kontemporer, kaum Musrifin dapat dipahami sebagai representasi manusia yang:
- Mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab.
- Hidup dengan pola konsumsi yang rakus, melebihi kebutuhan.
- Mengabaikan prinsip keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem.
Perilaku ini bukan sekadar pemborasan individual, tetapi telah menjadi sistem yang mengakibatkan kerusakan ekologis sistemik, seperti:
- Deforestasi (penggundulan hutan)
- Pencemaran air, udara, dan tanah
- Krisis sampah plastik
- Pemborosan energi dan sumber daya
Panggilan untuk Gaya Hidup Seimbang
Larangan mengikuti kaum Musrifin adalah seruan Alquran untuk:
- Kembali pada prinsip wasatiyyah (keseimbangan).
- Menegakkan keadilan ekologis bagi semua makhluk.
- Menyadari peran sebagai khalifah yang bertugas memelihara bumi.
Ayat ini mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan bermula dari sikap hati yang rakus dan tidak terkendali. Perubahan dimulai dari menolak mengikuti sistem dan gaya hidup yang eksploitatif, lalu beralih ke pola hidup yang sederhana, bersyukur, dan bertanggung jawab.
Dengan memahami makna Musrifin, kita diajak untuk introspeksi: Sudahkah gaya hidup kita selaras dengan prinsip penjagaan bumi, atau justru mengikuti jejak perusak yang diperingatkan Alquran?
Sumber: Republika.co.id











