Jakarta, CoreNews.id – Sektor telekomunikasi memasuki fase kritis. Laporan terbaru dari Buletin Keamanan Kaspersky 2025 menegaskan bahwa ancaman siber tidak hanya bertahan, tetapi semakin beririsan dengan risiko operasional akibat adopsi teknologi baru.
Jika sebelumnya operator fokus pada ekspansi jaringan, kini tantangannya bergeser ke keamanan, stabilitas, dan keandalan sistem di tengah otomatisasi, integrasi satelit, dan persiapan era pasca-kuantum.
Empat Ancaman Utama yang Menekan Operator Telekomunikasi
Sepanjang tahun 2025, operator telekomunikasi menghadapi empat kategori ancaman siber utama:
1. Serangan APT (Advanced Persistent Threat)
APT tetap menjadi ancaman paling berbahaya. Kelompok penyerang menargetkan operator untuk:
- Spionase jangka panjang
- Akses tersembunyi ke jaringan inti
- Pemanfaatan posisi strategis dalam infrastruktur nasional
2. Kompromi Rantai Pasokan
Ekosistem telekomunikasi sangat bergantung pada vendor dan kontraktor. Satu celah kecil dalam perangkat lunak atau layanan pihak ketiga dapat menjadi pintu masuk ke jaringan operator.
3. Serangan DDoS Skala Besar
DDoS masih menjadi ancaman nyata terhadap:
- Ketersediaan layanan
- Kapasitas jaringan
- Pengalaman pelanggan
Serangan ini kini semakin canggih dengan dukungan botnet global.
4. Penipuan Berbasis SIM & Perangkat
Ancaman pada level pengguna juga meningkat. Data Kaspersky Security Network menunjukkan:
- 12,79% pengguna telekomunikasi menghadapi ancaman online
- 20,76% menghadapi ancaman pada perangkat
- 9,86% organisasi telekomunikasi global terkena ransomware
Teknologi Baru, Risiko Baru di Tahun 2026
Menurut Kaspersky, pergeseran dari inovasi cepat ke implementasi masif justru membuka celah baru jika tidak dikontrol dengan matang.
1. Otomatisasi Jaringan Berbasis AI
AI membantu efisiensi, tetapi juga berisiko:
- Kesalahan konfigurasi berskala besar
- Keputusan otomatis berbasis data yang dimanipulasi
- Minimnya kontrol manusia pada proses kritis
2. Transisi Kriptografi Pasca-Kuantum
Penerapan kriptografi baru secara terburu-buru dapat memicu:
- Masalah interoperabilitas sistem
- Penurunan performa jaringan
- Kompleksitas pengelolaan keamanan
3. Integrasi 5G dengan Satelit (NTN)
Ekspansi layanan 5G ke non-terrestrial network memperluas:
- Jejak serangan
- Ketergantungan pada mitra
- Titik integrasi baru yang rawan gagal
Peringatan Kaspersky: Ancaman Lama Bertemu Risiko Baru
Leonid Bezvershenko, Peneliti Keamanan Senior Kaspersky GReAT, dalam keterangannya, 24/12/2025, menegaskan:
“Ancaman APT, rantai pasokan, dan DDoS tidak akan hilang. Kini, semuanya beririsan dengan risiko AI, kriptografi siap kuantum, dan integrasi satelit. Operator harus membangun keamanan sejak hari pertama.”
Strategi Mitigasi untuk Operator Telekomunikasi
Para ahli Kaspersky merekomendasikan langkah-langkah berikut:
- Pemantauan APT Berkelanjutan
Gunakan intelijen ancaman untuk memahami aktor, infrastruktur, dan kampanye serangan yang relevan. - Manajemen Ketat Otomatisasi AI
Terapkan kontrol manusia, validasi data, dan mekanisme rollback yang jelas. - Kesiapan DDoS Berbasis Kapasitas
Lindungi routing tepi, pantau pola lalu lintas, dan deteksi botnet sejak dini. - Implementasi EDR Tingkat Lanjut
Solusi seperti Kaspersky Next EDR Expert membantu deteksi dini, investigasi cepat, dan respons insiden efektif.
Tahun 2026 akan menjadi ujian ketahanan sektor telekomunikasi. Ancaman siber klasik tidak menghilang—justru diperparah oleh adopsi teknologi baru. Operator yang gagal mengintegrasikan keamanan sejak awal berisiko menghadapi gangguan layanan berskala besar dan kerugian reputasi.
Keamanan siber kini bukan sekadar perlindungan, melainkan fondasi keberlanjutan industri telekomunikasi.












