Jakarta, CoreNews.id – Dalam rangka mempersiapkan Indonesia menghadapi perubahan global industri masa depan dari hulu sampai hilir mulai seleksi bahan baku yang tepat, proses yang lebih optimal, produk yang lebih baik dan pemahaman kegagalan material, produk dan sistem yang obyektif, perlu adanya sinergitas industri-ahli-alat untuk menyelesaikan problematika, resiko gagal sampai pengolahan limbahnya yang berkelanjutan. Upaya-upaya tersebut harus direkatkan dalam wadah bersama yang berbentuk sebuah Forum of Failure Analysis for Industry (FFAI).
FFAI sebagai langkah aksi dari Forum Sinergi Inovasi Industri (FSII) melalui program sosialisasi, edukasi, promosi, apresiasi, sinergi & komersialisasi inovasi industri. Dalam rangka Peringatan Dirgahayu 78 Tahun Indonesia tercinta ini, akan diisi dengan acara kupas tuntas mengenai Peranan Failure Analysis, termasuk di dalamnya untuk keperluan industrial product development, plant better performance in operation and understanding the cause of material failure.
Perkembangan Riset dan Inovasi saat ini demikian sangat pesat yang harus terus didukung sebagai pemahaman bersama khususnya “failure analysis” dalam rangka persiapan langkah-langkah kegiatan dan kebijakan yang akan diambil nantinya. Selain sebagai masukan untuk pemangku kepentingan terkait, juga dapat dijadikan pijakan bersama sinergi masa depan para pemangku kepentingan terkait.
Tujuan diskusi dengan tema Upaya Pemahaman Failure Analysis dalam Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia ini diharapkan sebagai langkah aksi sinergitas pemangku kepentingan, yang memberikan solusi masa depan masalah dan resiko yang dihadapi jangka panjangnya. Selain itu, akan menjadi jaminan penanggung resiko untuk kepastian ilmiahnya, serta harus menjadi pijakan bersama yang kuat terkait keberlanjutan dirinya industri yang utuh dari hulu ke hilir.
Forum Sinergi Inovasi Industri (FSII)
Tito Loho sebagai Ketua Umum FSII dalam sambutannya menyampaikan, FSII terus berupaya untuk mempersiapkan dan mendukung era masa depan yang mau tidak mau akan kita hadapi. Upaya tersebut diantaranya melalui sinergi kegiatan dalam bentuk seminar dan diskusi ini dengan sasaran utama terkait dengan sinergi semua pemangku kepentingan tantangan global.
Tito berharap dengan dialog ini bisa mensinergikan semua potensi “merah putih”, mengurangi tumpang tindih solusi serta bagaimana langkah mensinergikannya dalam masalah industri yang dihadapi tersebut kedepannya. Upaya sinergi ini mempunyai arah tujuan sama antara Industri, ahli dan fasilitas melalui pembicara-pembicara yang kompeten di bidangnya untuk menjadi solusi praktis dan menjadi langkah aksi detail dalam kegiatan selanjutnya.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Dr. R. Hendrian M.Sc. yang diwakili Koordinator Pemanfaatan Riset dan Inovasi Tekat Iman M.Si. dalam pengarahannya menyampaikan kegiatan BRIN saat ini terus berbenah dalam penyatuan beberapa lembaga untuk mengurangi duplikasi riset. Peningkatan peran kontribusi swasta dalam beberapa program yang direncanakan juga terus diupayakan dalam rangka sinergi dan integrasi untuk mengurangi tumpang tindih kegiatan riset dan inovasi yang dilakukan. Selain itu BRIN juga telah mendukung riset bersama dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta yang diwadahi dalam sebuah “rumah program” bidang tertentu dan mempunyai arah sama, serta didukung oleh beberapa sumber daya dari berbagai potensi secara bersama sama.
Sementara itu, Pembina FSII dan Co-founder PT. Cipta Mikro Material (CMiM) Pudji Untoro dalam paparannya menyampaikan pendahuluan tentang perlunya memahami failure analysis mengapa diperlukan dan bagaimana terjadinya di Industri. Selain disampaikan juga penyebab umum kegagalan dan mekanismenya dan disampaikan beberapa studi kasus dari berbagai failure yang terjadi dan analisanya.
Selanjutnya Dr.-Ing. Arbi Dimyati secara lebih detail menyampaikan studi kaus lain yang memerlukan dukungan alat khususnya Scanning Electron Microscope (SEM) yang biasanya dilengkapi dengan Energy Disperssive Spectrometry (EDS) dan Trasmission Electron Microscopy (TEM) yang dapat secara sangat detail penyebab awal kerusakan material, proses maupun produk dan langkah perbaikan proses industrialisasi lebih lanjut.
Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian (B4T-Kemenperin) dan Balai Besar Sandarisasi & Pelayanan Jasa Industri Tekstil, sebagai Balai besar pelayanan melaksanakan tugas sesuai peraturan Menteri Perindustrian No: 43/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006. Melaksanakan pemeriksaan bahan dan barang Teknik yang terbuat dari logam atau non-logam, mengkaji dan menganalisa kerusakan serta memprediksi perpanjangan umur peralatan, menyusun sistem pemeliharaannya pada perlengkapan, kontruksi, instalasi dan peralatan pabrik serta di industri tekstil.
Dalam melakukan kegiatan inspeksi didukung peralatan-peralatn yang mendukung kegiatan-kegiatan: Asesmen Reliability dan Remaining Life Time peralatan dan bangunan Industri, Menentukan material peralatan industry, QA/ QC fabrikasi peralatan dan bangunan Industri, Menentukan daerah kritis pada peralatan dan bangunan industry, dan Menentukan program perawatan peralatan dan bangunan industri. Pengujian dan analisis failure pada material tekstil dimulai dari serat, benang dan kain, serta garmen untuk dapat memberikan solusi permasalahan yang dihadapi pada industri tekstil di Indonesia.
Sementara itu dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat oleh Ir. Nicodemus Daud M.Si yang disampaikan oleh Ibu Disaintina Ari Nusant ST., M.M. menyampaikan pentingnya pemahaman analisis dan urgensi penerapan standardisasi sumber daya material konstruksi dalam peningkatan daya saing industri konstruksi Indonesia.
Implementasi Industri Langsung
Acara diskusi FSII dilanjutkan dengan presentasi Faturrahmi Dasril, Vice President Research and Technologi, PT. Krakatau Steel menyampaikan beberapa contoh cacat/kegagalan dari proses/produk di pabrik pembuatan dan pengerolan baja. Rahmi menilai dengan dukungan fasilitas dan inspeksi yang lengkap akan dapat menyelesaikan persoalan failure yang dihadapi industri baja secara mandiri.
Dari PT. Sucofindo dimulai oleh Alphadian Prasetya dengan penyampaian penyebab kerugian terbesar akibat 100 kejadian kecelakaan di industri hidrokarbon sampai dengan tahun 2021 yang menimbulkan kerusakan properti dan kerugian usahanya terutama disebabkan oleh kegagalan integritas mekanis, yang merupakan salah satu elemen dalam Process Safety Management (PSM). Selain itu, dibantu oleh Ichwanul Muttaqin menyampaikan partisipasi karyawan, operasi dan prosedurnya, studi identifikasi bahaya, training, audit kepatuhan dll., juga harus menjadi perhatian dalam rangka pemahaman yang komprehensif agar tidak terjadi di kemudian hari.
Andrian dari PT. Kota Minyak lebih menekankan pentingnya penguasaan proses total secara mandiri mulai awal menerima pekerjaan yang dilanjutkan dengan engineering dan procurement , QA & QC sampai dengan pabrikasi cukup banyak dan kegiatan yang memerlukan ketelitian tinggi untuk menghindari adanya hasil yang gagal yang secara industri dapat menimbulkan kerugian yang jumlahnya bisa sangat besar,” kata dia. Disamping itu, kegiatan-kegiatan mulai dari material handling, konstruksi, finishing, acceptance test dan terakhir packing dan shipping juga harus menjadi perhatian untuk terhindarnya kegiatan failure yang juga dapat menimbulkan kerugian.
Kegiatan forum ditutup dengan kunjungan ke laboratorium PT. CMiM dan uji berkendara motor listrik United dan dengan kegiatan FFAI tersebut sebagai awalan sinergi, maka pelaku industri bidang lainnya harus juga menjadi kekuatan “merah putih” sebagai komponen utama industri yang terintegrasi dengan potensi saling dukung solusi industri melalui pemahaman failure analysis dan harus disiapkan secara sungguh-sungguh dan cepat untuk dapat mendukung program masa depan menuju Indonesia Emas 2045.