Jakarta, CoreNews.id – Kudeta militer terjadi di negara Gabon, di Afrika Tengah. Rezim Presiden Ali Bongo Ondimba yang telah memerintah Gabon selama lebih dari 55 tahun berakhir, seperti dilansir Reuters, Rabu (30/8).
Tak hanya itu, Presiden Gabon Ali Bongo juga resmi ditahan beserta putranya, Noureddin Bongo Valentin, dan beberapa orang lain juga ditahan atas serangkaian tuduhan mulai dari korupsi hingga pengkhianatan.
Para oposisi mengatakan keluarga Bongo tidak becus mengatasi kesenjangan sosial di antara 2,3 juta penduduknya menggunakan kekayaan minyak dan pertambangan negara.
Sekelompok militer yang memperkenalkan diri sebagai Komite Transisi dan Pemulihan Institusi menyatakan kudeta pada Rabu menyusul hasil pemilu yang menyatakan kemenangan Bongo sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga.
Mereka mengaku melakukan kudeta karena negara itu menghadapi “krisis institusional, politik, ekonomi, dan sosial yang parah.”
Bersamaan dengan itu, mereka menyatakan bahwa pemungutan suara pemilu pada 26 Agustus tidak kredibel. Mereka juga menutup perbatasan Gabon dan membubarkan lembaga-lembaga negara. Pada saat yang sama, ratusan orang juga tampak merayakan kudeta militer ini. Mereka mengaku gembira atas intervensi militer Gabon.
“Saya berbaris hari ini karena saya gembira. Setelah hampir 60 tahun, keluarga Bongo tidak lagi berkuasa,” kata warga bernama Jules Lebigui (27), seperti dikutip Reuters, Rabu (30/8).