Jakarta, CoreNews.id – Dalam satu dekade terakhir, berbagai organisasi mulai gencar mengembangkan dan menerapkan berbagai jenis layanan cloud, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan melambat dalam waktu dekat. Berdasarkan survei Gartner, 65% muatan kerja aplikasi dapat dioptimalkan atau siap untuk diterapkan di cloud mulai tahun 2027—persentasenya meningkat dari 45% pada tahun 2022.
Palo Alto Networks baru-baru ini mengumumkan peluncuran Prisma Cloud Darwin yang merombak konsep pendekatan keamanan cloud melalui pengembangan kemampuan intelijensi code-to-cloud perdana di industri ini. Teknologi ini dikenal sebagai “Darwin moment” bagi dunia keamanan cloud, karena Prisma Cloud mendorong perusahaan untuk berkembang lebih dari sekadar single point solution dan mengadopsi sebuah pendekatan holistik yang menyediakan sumber kebenaran utama.
“Sebagai Cloud Native Application Protection Platform (CNAPP) terlengkap di industri ini, kemampuan intelijensi code-to-cloud dari Prisma Cloud mampu menyediakan satu tempat terpercaya yang dapat menghubungkan insight dari lingkup pengembang melalui runtime aplikasi, sehingga tim pakar keamanan dapat memberikan konteks pada peringatan dan menentukan perbaikan yang tepat. Fitur intelijensi ini secara efektif mencegah risiko dan menghentikan pelanggaran keamanan sekaligus meningkatkan pengalaman end-user dalam meningkatkan kerjasama tim pengembang dan tim keamanan,” kata Ankur Shah, Senior Vice President Prisma Cloud, Palo Alto Networks, dalam siaran pers, 20/10/2023.
Selain menawarkan kegesitan dan efisiensi yang luar biasa, teknologi cloud juga menghadirkan risiko keamanan penting yang juga semakin beragam. Sebanyak 80% ancaman keamanan ditemukan di lingkungan cloud, yang dapat mengakibatkan kebocoran data berskala besar. Meningkatnya serangan cloud dan kecepatan pengembangan aplikasi cloud sendiri telah melampaui kecepatan tim keamanan dalam melindungi organisasi mereka.
Pendekatan yang saat ini digunakan untuk code keamanan cloud masih terpisah-pisah, dengan organisasi rata-rata mengandalkan enam hingga sepuluh alat untuk mengamankan infrastruktur cloud saja. Penggunaan alat-alat yang berbeda dan terpisah-pisah ini menyebabkan security posture yang tidak lengkap dan menciptakan beban operasional yang sangat besar bagi tim keamanan.