Jakarta, CoreNews.id — Sebanyak 20 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) telah dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak awal tahun 2024. Pencabutan izin usaha pada BPR/S tersebut tidak serta merta dilakukan, namun selepas dilakukan pengawasan dengan memantau realisasi rencana tindak penyehatan yang dilakukan oleh BPR/S dan PSP.
Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) OJK, Dian Ediana Rae, di Jakarta (26/12/2024). Menurut Dian, pencabutan izin usaha (CIU) dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan tugas OJK dalam rangka menjaga dan memperkuat industri BPR/BPRS serta melindungi kepentingan konsumen setelah Pemegang Saham dan Pengurus BPR/S tidak mampu melakukan upaya penyehatan terhadap BPR/S. OJK juga terikat kepada aturan dalam UU P2SK dimana status BDP tidak boleh melampaui 1 tahun.
Adapun daftar BPR/S yang izin usahanya dicabut OJK sejak Januari hingga Desember 2024 adalah sebagai berikut.
1. PT Bank Perkreditan Rakyat Arfak Indonesia. 2. PT BPR Kencana. 3. PT BPR Pakan Rabaa Solok Selatan. 4. PT BPR Duta Niaga. 5. PT BPRS Kota Juang Perseroda. 6. PT BPR Nature Primadana Capital. 7. PT BPR Sumber Artha Waru Agung. 8. PT BPR Lubuk Raya Mandiri. 9. PT BPR Bank Jepara Artha. 10. PT BPR Dananta. 11. PT BPRS Saka Dana Mulia. 12. PT BPR Bali Artha Anugrah. 13. PT BPR Sembilan Mutiara. 14. PT BPR Aceh Utara. 15. PT BPR EDCCASH. 16. Perumda BPR Bank Purworejo. 17. PT BPR Bank Pasar Bhakti. 18. PT BPR Madani Karya Mulia. 19. PT BPRS Mojo Artho. 20. Koperasi BPR Wijaya Kusuma.*