CoreNews.id, Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI, Selly Andriany Gantina berharap, Program Sekolah Rakyat membidik kelompok masyarakat miskin ekstrem. Pemerintah pun harus menyiapkan pemetaan yang tepat, dan pendataan yang akurat.
Ia menilai, miskin ekstrem adalah kelompok sulit dijangkau, baik di pelosok maupun kota, karena kerap tidak terdata pemerintah. “Miskin ekstrem ini terabaikan, bahkan banyak masyarakat Indonesia belum memahami yang dimaksud miskin ekstrem,” katanya.
Pemerintah merumuskan konsep Sekolah Rakyat. Selly ingin agar anak dari keluarga miskin ekstrem mendapatkan pendidikan bermutu, seragam dengan anak-anak lain.
“Saya sangat merasakan bahwa mutu pendidikan kita memang sangat beragam. Ada pendidikan reguler, ada juga pendidikan di luar negeri,” ujarnya.
Dia pun mendukung program dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tersebut. “Kami sangat memahami kekhawatiran dari Pak Presiden yang ingin ada penyeragaman,” ucapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat kemiskinan ekstrem pada Maret 2024 mencapai 0,83 persen. Rakyat miskin ekstrem adalah ketika pengeluaran seseorang di bawah Rp10.739 per hari atau hanya Rp322.170 per bulan.
Selly mendorong agar wacana Sekolah Rakyat menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Sebab, biaya pendidikan semakin membengkak.
“Ini adalah langkah yang baik. Namun, kami di DPR belum pernah melakukan rapat langsung terkait rencana pembentukan Sekolah Rakyat ini,” katanya.