Jakarta, CoreNews.id – Di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menawarkan solusi cerdas bagi investor yang masih ragu mengambil langkah besar memanfaatkan reksa dana pasar uang berfasilitas sameday redemption.
Menurut M. Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, strategi ini sangat cocok untuk investor yang memilih sikap “wait and see”.
“Saat pelaku pasar cenderung wait & see, dana menganggur bisa dimanfaatkan dengan berinvestasi ke instrumen jangka pendek seperti reksa dana pasar uang. Terlebih lagi, produk dengan likuiditas tinggi karena punya fasilitas sameday redemption,” ujar Arief dalam acara Media Day: April by Mirae Asset, hari ini.
Arief menambahkan, keunggulan reksa dana pasar uang dengan sameday redemption adalah fleksibilitasnya. Investor bisa langsung mencairkan dana ketika ada peluang di pasar saham tanpa risiko gagal settlement. Sangat pas untuk mereka yang siap bergerak cepat saat momentum datang.
Apa Itu Reksa Dana Pasar Uang?
Reksa dana ini berinvestasi pada instrumen utang dengan jatuh tempo kurang dari setahun serta instrumen pasar uang seperti deposito dan tabungan. Dengan tingkat pencairan lebih cepat dibandingkan reksa dana lain—biasanya maksimal dalam 7 hari kerja atau bahkan H+1—jenis investasi ini menawarkan likuiditas tinggi.
Salah satu produk yang disarankan adalah Capital Optimal Cash, hasil kolaborasi Mirae Asset dengan PT Capital Asset Management. Produk ini menjadi inovasi terbaru Mirae dalam menyediakan solusi investasi yang relevan dengan situasi pasar saat ini.
Tidak hanya itu, Capital Optimal Cash juga dapat diakses melalui platform digital andalan Mirae Asset, yaitu NAVI.
“Selama setahun terakhir, imbal hasil atau return Capital Optimal Cash mencapai 4,36%, di atas deposito perbankan acuan 3,25%,” ujar Wisnu Karto, Head of Investment Capital Asset Management.
Dengan NAVI, investor ritel bisa dengan mudah menjelajah ratusan produk reksa dana dari manajer investasi terpercaya, baik lewat situs web maupun aplikasi di ponsel pintar: Klik di sini untuk download NAVI.
Pasar Modal di Bawah Tekanan
Data terbaru menunjukkan, pasar modal Indonesia memang sedang mengalami tekanan. IHSG per 27 Maret 2025 berada di level 6.510, turun 8% dibandingkan akhir 2024.
Tekanan ini diperparah dengan keluarnya dana asing (foreign outflow) sebesar Rp30,3 triliun sepanjang kuartal pertama, ditambah lagi Rp15,5 triliun di bulan April, tidak hanya di pasar saham tapi juga di pasar obligasi.
Menurut Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, kekhawatiran pelaku pasar disebabkan kombinasi faktor global dan domestik.
“Kondisi tersebut mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap tantangan ekonomi global dan domestik.”
Tak hanya saham, instrumen SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) pun tertekan. Hanya dalam tiga hari perdagangan pada 8–10 April 2025, arus keluar di SRBI mencapai Rp10,5 triliun.
Rully menambahkan, prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia diperkirakan stagnan hingga 2026, dengan beban tambahan dari perlambatan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat, serta ketegangan dagang yang kembali meningkat.
“Sementara di dalam negeri, investor masih meragukan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%,” jelas Rully.
Mirae Asset: Tetap Tangguh di Tengah Badai
Sebagai bagian dari grup global Mirae Asset Financial Group dengan dana kelolaan sekitar US$550 miliar (Rp8.000 triliun), PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia terus membuktikan diri sebagai salah satu perusahaan efek terbesar di Tanah Air. MKBD (Modal Kerja Bersih Disesuaikan) perusahaan mencapai Rp1,32 triliun—jauh di atas syarat minimal Rp25 miliar, menegaskan kekuatan operasional perusahaan di tengah tantangan pasar.
Dalam acara Media Day ini, hadir pula Head of Fund Services Mirae Asset Francisca Gerungan dan Head of Investment Capital Asset Management Wisnu Karto, yang sama-sama menegaskan pentingnya solusi investasi adaptif di masa yang penuh ketidakpastian ini.