Jakarta, CoreNews.id – Lawang Sewu (dalam Bahasa Jawa artinya “Seribu Pintu”) adalah sebuah bangunan bersejarah di Semarang, Jawa Tengah. Dikutip dari sejumlah sumber, gedung ini awalnya berfungsi sebagai kantor administrasi Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api kolonial Belanda. Saat ini, bangunan ini menjadi aset Kereta Api Indonesia (KAI) dan difungsikan sebagai museum serta galeri sejarah perkeretaapian.
Sejarah & Fungsi Awal
- Dibangun pada 1904–1919 oleh firma arsitek Klinkhamer & Ouëndag, dengan desain oleh Cosman Citroen bergaya Hindia Baru (gaya transisi antara klasik dan modern).
- Digunakan sebagai kantor pusat NIS hingga masa pendudukan Jepang (1942), ketika bangunan ini diubah menjadi penjara dan tempat eksekusi.
- Setelah kemerdekaan, bangunan ini diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Arsitektur Unik
- Disebut “Seribu Pintu” karena memiliki banyak jendela besar yang mirip pintu (sebenarnya hanya 928 pintu).
- Terdiri dari Gedung A & B, dengan fitur seperti:
- Menara kembar (tempat penyimpanan air).
- Jendela kaca patri dan tangga besar.
- Lorong bawah tanah (dulu digunakan sebagai saluran air dan penjara).
- Desainnya adaptif terhadap iklim tropis dengan banyak jendela untuk sirkulasi udara.

Masa Penjajahan & Pertempuran
- Saat Pertempuran Lima Hari di Semarang (1945), terowongan Lawang Sewu digunakan Belanda untuk menyusup.
- Banyak pejuang Indonesia gugur di sekitar bangunan ini.
Restorasi & Fungsi Saat Ini
- Sempat terbengkalai dan dianggap angker, hingga direnovasi pada 2011 dengan dukungan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo.
- Diresmikan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono sebagai destinasi wisata.
- Kini dikelola oleh KAI Wisata dengan rencana pengembangan sebagai pusat kuliner, perkantoran, dan kegiatan budaya.

Legenda & Reputasi Angker
Lawang Sewu terkenal sebagai tempat horor karena:
- Bekas penjara bawah tanah Jepang yang digunakan untuk penyiksaan.
- Legenda “Noni Belanda” (hantu wanita Belanda bunuh diri), “hantu tanpa kepala”, dan kuntilanak.
- Difilmkan dalam “Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak” (2007).
Kini, Lawang Sewu tetap menjadi ikon sejarah Semarang yang menarik wisatawan dan pecinta arsitektur kolonial.