Jakarta, CoreNews.id – Memasuki usia ke-25 tahun pada 4 Oktober 2025, Provinsi Banten mendapat refleksi kritis dari Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie atau biasa dipanggil Prof Abie.
Profesor kelahiran Cilegon ini menilai bahwa Banten perlu melakukan lompatan baru untuk mengembalikan kejayaan sebagai daerah religius dan pusat keilmuan Islam sebagaimana pernah ditorehkan para ulama besar seperti Syekh Nawawi al-Ban initani.
Sebagai mantan Ketua LPTQ Provinsi Banten, Prof Abie menyoroti kemerosotan prestasi Banten dalam perhelatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat nasional. “Sejak menjadi juara umum MTQ XXVI tingkat Nasional di NTB pada tahun 2016, prestasi Banten dalam MTQ nasional terus menurun. Padahal, Banten dulu dikenal sebagai gudangnya qari dan qari’ah terbaik nasional, bahkan internasional,” ujarnya.
Ia juga menyinggung hasil survei Baca Tulis Qur’an (BTQ) yang dilakukan LPTQ Banten tahun 2017, yang menunjukkan kemampuan membaca Al-Qur’an masyarakat masih sangat rendah, terutama di kalangan pelajar. “Ini ironi. Banten dikenal sebagai tanah para ulama dan santri, tapi kemampuan dasar membaca Qur’an di masyarakat justru mengkhawatirkan,” tutur Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta itu.
Dalam bidang pendidikan dan keilmuan, Prof Abie yang saat ini duduk sebagai anggota Dewan Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek RI, menilai semangat intelektualitas masyarakat Banten belum menonjol. Perguruan tinggi di Banten, baik negeri maupun swasta, belum menjadi lokomotif penggerak kebangkitan ilmu sebagaimana yang diharapkan.
“Kinerja akademik baik di lingkungan ulama maupun akademisi masih dalam kategori standar. Padahal, sejarah mencatat bahwa Banten dulu melahirkan ulama besar kelas dunia seperti Syekh Nawawi yang menjadi rujukan keilmuan internasional,” tambahnya.
Menurutnya, Pemerintah Provinsi Banten perlu menjadikan momentum HUT ke-25 ini sebagai titik balik untuk membangun kembali kejayaan keilmuan dan keagamaan. “Pemprov harus berani berinvestasi besar di bidang pendidikan, keilmuan, dan pembinaan keagamaan. Tanpa kesungguhan membangun sumber daya manusia yang saleh dan berilmu, Banten akan kehilangan jati dirinya sebagai daerah religius,” tandasnya.
Mengakhiri refleksinya, Prof Abie menyerukan pentingnya menghidupkan kembali spirit Nawawi al-Bantani, yakni kesalehan spiritual yang bersenyawa dengan keunggulan intelektual. “Kita butuh generasi baru Banten yang tidak hanya taat beragama, tapi juga unggul secara akademik dan berperan dalam peradaban global,” pungkasnya.