Jakarta, CoreNews.id – Pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diharapkan mampu mewujudkan visi besar pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam delapan program prioritas yang dikenal dengan “Jalan Asta Cita”.
Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dinilai memiliki peran strategis dalam mengawasi dan memastikan arah pembangunan nasional tersebut berpihak pada nilai-nilai kebangsaan dan keislaman yang moderat.
Hal itu disampaikan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Ahmad Tholabi Kharlie, di Samarinda (14/7/2025), menyambut Agenda Pengukuhan dan Rakernas I PB IKA-PMII di Jakarta.
Menurut Tholabi, delapan program prioritas nasional yang dicanangkan pasangan Prabowo-Gibran memiliki irisan kuat dengan nilai-nilai dasar PMII, terutama dalam hal penguatan sumber daya manusia, pemerataan pembangunan, dan supremasi hukum yang berkeadilan.
“Alumni PMII perlu tampil sebagai kekuatan moral dan intelektual yang dapat menjadi mitra kritis pemerintah dalam menjalankan Jalan Asta Cita. Kita ingin transformasi pembangunan nasional berjalan dalam koridor konstitusi dan keadilan sosial,” ujar Tholabi.
Ia menegaskan bahwa keberadaan alumni PMII yang kini tersebar di berbagai sektor strategis, baik di pemerintahan, parlemen, akademisi, maupun organisasi masyarakat sipil, merupakan kekuatan sosial yang patut dioptimalkan untuk mengawal agenda-agenda strategis pemerintahan.
Konstruksi Pemikiran Kader PMII
Tholabi, yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor UIN Jakarta itu, menekankan pentingnya alumni PMII untuk tetap berpijak pada jati diri gerakan intelektual-transformatif yang selama ini menjadi basis kaderisasi organisasi.
“PMII tidak didesain sebagai organisasi kekuasaan, tetapi sebagai wahana kaderisasi yang melahirkan pemimpin bangsa yang berpikir kritis, religius, dan membumi. Ini penting untuk terus dijaga,” ucapnya.
Sebagai Dewan Pakar PB IKA PMII, Tholabi menilai Rakernas I yang baru saja digelar menjadi titik awal konsolidasi organisasi pasca-Munas, sekaligus ajang menyamakan persepsi di antara struktur dan kader di seluruh Indonesia.
Rakernas tersebut, kata Tholabi, memunculkan sejumlah agenda prioritas yang perlu segera dieksekusi, mulai dari penguatan jejaring alumni lintas sektor, pendataan potensi alumni, hingga sinergi dengan berbagai elemen strategis kebangsaan.
“IKA PMII harus bertransformasi menjadi pusat gravitasi kader yang tidak hanya menjadi penonton, tapi juga aktor perubahan di tingkat lokal maupun nasional,” tuturnya.
Ia menambahkan, dalam konteks pemerintahan baru, PB IKA PMII perlu merumuskan posisi dan strategi yang konstruktif. Kritik dan dukungan kepada pemerintah, menurutnya, harus berbasis data dan argumentasi kebangsaan, bukan sekadar kepentingan jangka pendek.
Dalam konteks ini, ia mengajak seluruh alumni PMII untuk mengambil peran aktif dalam pendidikan politik rakyat, penguatan literasi digital, dan pemajuan budaya demokrasi.
“Kalau kita bicara Asta Cita, kita tidak sedang bicara proyek-proyek teknokratis semata, tapi tentang arah besar bangsa. Dan alumni PMII memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga arah itu tetap selaras dengan nilai-nilai keindonesiaan dan kemanusiaan,” kata Tholabi.
Tholabi berharap keberadaan IKA PMII menjadi ruang sinergi lintas generasi kader yang mampu melahirkan gagasan-gagasan besar bagi masa depan Indonesia.