Jakarta, CoreNews.id -Komitmen terhadap keberlanjutan tak lagi hanya jargon bagi PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Perusahaan sekuritas ini menggelar kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bertajuk “Clean Water, Clear Future” dengan aksi nyata: membersihkan sampah di Danau Situ Gede, Bogor, Jawa Barat, bersama media dan masyarakat sekitar.
Aksi bersih-bersih ini berlangsung pada 2 Agustus 2025 dan menjadi bagian dari kampanye perusahaan untuk mendukung prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Direktur Mirae Asset, Arisandhi Indrodwisatio, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk kontribusi kecil namun berdampak.
“Semoga aksi ini dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar, terutama untuk menjadikan Danau Situ Gede ini lebih bersih, sampah yang dikumpulkan dapat bermanfaat, dan nantinya berdampak luas,” ujar Arisandhi dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/8/2025).
Tak hanya sekadar mengangkat sampah, kegiatan ini juga mengedukasi peserta mengenai pengelolaan sampah berkelanjutan. Sampah organik diproses menjadi kompos dengan bantuan larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF), sementara sampah anorganik akan didaur ulang.
Kawasan Danau Situ Gede yang dikelilingi hutan CIFOR, BMKG, dan kampus IPB Dramaga ini telah direvitalisasi dan kini menjadi destinasi wisata alam yang potensial. Kegiatan CSR ini turut diikuti oleh lebih dari 40 peserta dari internal Mirae Asset, media, hingga masyarakat lokal. Dana kegiatan ini berasal dari donasi Odd Lot Program dan penjualan tiket Live Trading Class HOTS Championship 2025.
“Semoga Danau Situ Gede bisa menjadi lebih bersih, sehat, dan sampah yang dikumpulkan bisa bermanfaat bagi kelestarian alam sekitar setelah diproses secara bijak,” tutur Arisandhi.

Aksi Bersih-Bersih Dibungkus Wawasan Ekonomi Global
Kegiatan CSR ini juga menjadi ajang edukatif, di mana Mirae Asset turut membagikan wawasan terkini tentang kondisi ekonomi dan pasar modal Indonesia. Dalam sesi khusus, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, membagikan proyeksi pasar untuk semester II/2025.
Rully menyampaikan bahwa kondisi makroekonomi masih akan menantang, terutama karena dampak tarif perdagangan dari Amerika Serikat.
“Saat ini data dan peristiwa yang terjadi beragam (mixed) karena di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa sentimen positif yang membuatnya seimbang. Beberapa sentimen positif itu adalah direvisi positifnya pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan yang melebar,” ujar Rully.
Ia memprediksi bahwa Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga sebesar 0,25%, yang bisa menguntungkan sektor perbankan dan emas. Dengan sentimen yang seimbang, Rully memperkirakan IHSG akan ditutup pada level 6.900 di akhir tahun 2025.
Kondisi global juga menunjukkan harapan. IMF baru-baru ini merevisi naik prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,1% untuk 2025 dan 2026. Salah satu pemicunya adalah penundaan tarif perdagangan oleh AS, yang mendorong aktivitas ekspor-impor lebih cepat dari biasanya (front loading). Indonesia sendiri mencatat surplus perdagangan yang cukup tinggi selama Mei dan Juni.
Meski demikian, Rully tetap mengingatkan bahwa implementasi tarif oleh Presiden AS Donald Trump pada semester II bisa berdampak signifikan terhadap perdagangan dunia, termasuk Indonesia.
Acara ini juga dihadiri oleh jajaran manajemen Mirae Asset seperti CFO & Head of Corporate Secretary Ivonne Kaharu, Head of Marketing Leo Nara Wirendra, dan Capital Market Manager Jeongmin Lee. Dari mitra eksternal, hadir Impact Manager Bumi Journey Byanmara serta perwakilan masyarakat sekitar.