Jakarta, CoreNews.id – Layanan buy now pay later (BNPL) atau pinjaman paylater yang dijalankan perusahaan multifinance mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 56,26% (YoY) menjadi Rp8,56 triliun per Juni 2025.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, mengingatkan meski BNPL memberi kemudahan tanpa jaminan untuk pinjaman di bawah Rp50 juta, ada potensi risiko bagi masyarakat.
“Kendati demikian, saya khawatir masyarakat jadi lebih mudah berpikir semua barang bisa dibeli dan dicicil. Kemudian akhirnya malah terjebak dengan jatuh tempo cicilannya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/8/2025).
Suwandi menekankan bahwa perusahaan pembiayaan tidak bisa sembarangan memberikan pinjaman. “Rata-rata yang saya dengar orang-orang yang dianggap mampu dan bisa meminjam tanpa jaminan pasti harus punya pekerjaan,” tambahnya.
APPI juga menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko sesuai POJK Nomor 42/2024, yang mencakup delapan risiko mulai dari kredit, pasar, hingga reputasi.
Meski pertumbuhan BNPL multifinance lebih cepat dibanding perbankan (56,26% vs 29,75%), secara nominal masih tertinggal. Per Juni 2025, baki debet BNPL bank tercatat Rp22,99 triliun, sementara multifinance Rp8,56 triliun.
“Portofolio BNPL ini kan pemainnya baru mulai. Jadi jangan dilihat dari persentase, nominal juga mesti dilihat,” pungkas Suwandi.