Jakarta, CoreNews.id — Sejak Covid-19, insiden siber meningkat. Serangan siber sepanjang 2024, di Indonesia bahkan mencapai 330,5 juta. Dalam serangan siber tersebut, sektor keuangan menempati posisi keempat sebagai target utama.
Hal ini disampaikan Plt Kepala Departemen Pengawasan Konglomerasi Keuangan OJK, Yudi Permana di Jakarta (26/9/2025). Menurut Yudi, OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan mendukung layanan digital, tetapi kesadaran masyarakat masih rendah. Oleh karena itu, OJK mengharapkan perbankan untuk selalu mengedukasi nasabahnya karena pemahaman soal serangan siber dan perlindungan data ini masih menjadi titik terlemah. Terlebih lagi, serangan siber kerap masuk melalui sistem dan pemahaman pegawai yang masih minim terkait pentingnya perlindungan data.
Sementara itu menurut Country Manager Synology Inc, Clara Hsu, menegaskan backup hanyalah awal dari perlindungan data. Backup merupakan langkah pertama. Perlindungan data berarti memastikan data dapat dipulihkan, tetap utuh, serta dikelola secara terpusat dengan strategi yang proaktif.
Ia kemudian merekomendasikan strategi 3-2-1-1-0 backup, yakni memiliki tiga salinan data di dua media berbeda. Satu salinan di luar lokasi, satu salinan offline atau tidak dapat diubah, serta memastikan nol kesalahan saat proses pemulihan.*