Jakarta, CoreNews.id – Pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) mengumumkan gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan di tengah konflik berkepanjangan di Sudan. Komandan RSF Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti menegaskan, “Gencatan senjata ini bertujuan meningkatkan perlindungan warga sipil dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.”
Namun langkah tersebut dinilai sepihak. Panglima Militer Sudan (SAF), Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan, belum mengonfirmasi adanya kesepakatan. Bahkan, ia sebelumnya menolak usulan gencatan senjata dari kelompok Quad—Mesir, Arab Saudi, UEA, dan AS—karena mempersoalkan kehadiran UEA yang ditudingnya memberikan dukungan kepada RSF, sesuatu yang telah dibantah UEA.
Hemedti menyebut keputusan RSF telah diketahui Quad, Uni Afrika, dan IGAD. RSF juga menyetujui pembentukan tim pemantau untuk mengawasi pelanggaran dan berkomitmen menindak anggotanya yang menyerang warga. Perang sejak April 2023 itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat lebih dari 14 juta warga mengungsi.











